Tadi malam, Selasa malam, 20 Januari 2015 atau tepatnya 29
Robiul Awal 1436 H, saya sempat menghadiri pengajian umum terkait 'maulid Nabi
Muhammad saw'. Dalam acara ini diisi dengan ceramah agama oleh KH. D. Zawawi
Imron.
Beberapa model oleh-oleh dari ceramah Beliau, membuat saya
kembali merenung ke hulu kehidupan saya. Hal mana, sering kali saya dengar
bahasa-bahasa ibu yang terdengar ingklusif, aneh, tapi lebih pada titik berat
gaya yang indah.
DANG GADANG
Pada kosa bahasa ini, K. Zawawi menjelaskan tentang
seseorang (pemuda) yang tidak punya misi kerja. Aktifitasnya nonsense, tidak
ada sama sekali. Malas, serta tidak ada visi ke depannya. Dalam bahasa Beliau,
'ka bara' ka temor tada' lakona, nampa cangkem agellu' to'ot'. Persis seperti
'dang gadang', kata K. Zawawi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Madura (KBBM), ada?, dijelaskan
bahwa dang gadang adalah orang-orangan, biasanya seram, untuk menakut-nakuti
orang lain. Mungkin, orang-orangan sawah termasuk dalam 'dang gadang' ini.
Dalam pemahaman saya, saat saya masih kecil, sering juga
disebut 'dang gadang' oleh orang tetua, jika saya melakukan kejahatan (baca:
kekerasan) kepada teman lain. Menilik makna (bebas) ini, maka 'dang gadang'
juga bisa diartikan 'penjahat'. Heee, tapi entahlah,,,
DALMUS
Kosa bahasa ini asli dari Bahasa Madura. Persis seperti yang
saya ungkapkan di atas. Dalmus diungkapkan kepada orang yang malas. Dalam
ungkap bahasa lain, juga disebut 'males'. Seorang anak yang jarang ngaji,
sekolah, dan atau tidak suka bekerja membantu orang tua adalah masuk dalam
kategori 'dalmus'.
Kata dalmus lebih 'tinggi' daripada males. Artinya,
seseorang yang malesnya minta ampun, baru masuk dalam kaidah dalmus. Malas di
atas malas, 'lampot' di atas 'lampot' tertuang juluk 'dalmus'. Semoga kita
terhindar dari kondisi ini.
ABANTAL OMBA' ASAPO' ANGIN
Berdasar lirik lagu 'Tondu' Majang', kita akan diingatkan
dengan pribahasa 'abantal omba' asapo' angin'. Sebuah olah kata atau pribahasa
yang ditujukan pada para nelayan. Bekerja keras untuk sesuap nasi. Demi
kehidupan diri sendiri, atau pun sanak kadang yang dengan cemas menunggu di
rumah.
Abantal omba', berarti seorang nelayan yang dalam
kesehariannya selalu menantang gelombang. Sebesar apa pun gelombang yang ada,
mereka terus menerjang, mencari ikan dengan pukat keteguhan dan kegigihan.
Tidak kenal lelah, dan tak kan pernah menyerah.
Asapo' angin, artinya para nelayan sudah akrab dengan badai.
Angin yang sering kali menyebabkan kapal terombang, perahu tenggelam. Bahkan
jauh lebih dahsyat dari yang kita perkirakan.
ALAKO BERRA' APELLO KONENG
Kalimat indah ini mengingatkan saya pada lirik lagu 'Ka'
Sandurinnang'. Salah satu baitnya yang masih saya ingat adalah:
"Ka' Sandurinnang, cungrojung morot bako, e e e....
Ollena alako berra' apello koneng".
KH. Zawawi dalam penjelasannya masih menautkan kerja keras
untuk hal-hal yang positif. Hingga Beliau menjelaskan sebuah hadits yang
berhubungan dengan hal kerja keras.
"Bekerjalah Engkau untuk duniamu, seolah-olah akan
hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu, seakan Engkau akan mati
besok".
ABANTAL SYAHADAT ASAPO' IMAN
Namun, hal yang tidak kalah pentingnya dari semua di atas,
adalah ketakwaan dan keimanan. Dalam hal ini, KH. Zawawi menyebutkan dengan
bahasa 'abantal syahadat asapo' iman. Hal ini dimaksudkan bahwa apa pun kerja
kita, profesi yang beragam macam, jangan sampai melalaikan Tuhan. Karena,
sepanjang kehidupan kita, muara akhirnya adalah Tuhan. Berjumpa dalam
dengan-Nya dalam purna ketakwaan dan kesempurnaan iman.
Maka, bukan semata-mata abantal omba' asapo' angin, atau
bekerja dan berbuat dengan segenap usaha maksimal. Tetapi, di balik itu semua
komunikasi dengan Tuhan (menurut KH. Zawawi) dengan cara berjumpa dengan-Nya,
melalui shalat lima waktu.
Pada dasarnya, Tuhan adalah Zat yang mudah ditemui. Dengan
sholat, yang hanya disyaratkan suci dari hadats, siapa pun dapat menjumpai-Nya.
Dalam hal ini, D. Zawawi menceritakan pengalaman pribadinya, ketika diundang ke
istana negara. Hampir-hampir urung datang hanya karena tidak punya jas. Cerita
jas D. Zawawi ini juga memberikan kesan tersendiri. Bagaimana kisahnya?
HATI SUCI TAK PUNYA WAKTU UNTUK MEMBENCI
Satu lagi kalimat indah yang dapat saya tangkap pada
perayaan maulid kali ini. Yaitu, hati yang suci (soklah) tidak ada waktu untuk
membenci. Karena hati yang bersih melahirkan energi positif. Energi inilah yang
akan membawa rasa ikhlas pada setiap lakon diri.
Menerima dengan rasa tabah pada setiap takdir. Mendekorasi
diri dengan kaidah sabar, tawakkal yang penuh ikhtiar. Maka, energi positif
tidak lebur oleh lelaku riak, sombong, dan warna negatif lainnya. Insya Allah,
Allahumma sholli 'ala Muhammad!
Sumenep, 26 Januari 2015
No comments:
Post a Comment