Friday, March 6, 2015

HIDUPKAN SUKSESMU VS SUKSESKAN HIDUPMU

HIDUPKAN SUKSESMU VS SUKSESKAN HIDUPMU

Tanpa saya sengaja, dan inilah mungkin yang dimaksud dengan ‘luck’ dalam salah satu bahasannya BILLY BOEN, dalam bukunya “Hidupkan Suksesmu; Rangkuman Pikiran & Nilai Untuk Suskses”.  Ketidak-sengajaan saya adalah, tiba-tiba buku motivasi ini berada di tangan saya, dan saat ini masih dalam proses ‘baca’ saya. Saya berkunjung ke rumah teman, dan di atas sofa teman saya, tergeletak sebuah buku yang saya maksud. Tanpa ba-bi-bu, saya pun langsung terterik dengan judul yang tertulis di cover buku tersebut.

Sementara saya masih terus berusaha menelaah makna dari setiap artikel yang ada di dalamnya, saya merasa tertarik untuk kemudian menyentuh tuts laptop, dan menuliskan sesuatu yang terlintas di benak saya. Tentu, hubungannya dengan buku BILLY ini. Tentang sukses, tentang sesuatu yang harus dilakukan menuju kesuksesan.

Hidupkan Suksesmu berbeda dengan Sukseskan Hidupmu. Entahlah! Tiba-tiba saja terlintas di benak saya, frase kalimat Sukseskan Hidupmu, setelah membaca judul buku Hidupkan Suksesmu. Menurut pemahaman saya, terdapat perbedaan antara kedua frase di atas.

Hidupkan Suksesmu, berarti kesuksesan itu sudah ada pada diri setiap person. Hanya bagaimana kemudian, kita dituntut untuk menghidupkan yang awalnya ‘mati’. Atau men-survive-kan yang asalnya suri. Pada diri tiap orang, telah disematkan benih-benih sukses, yang kemudian hidup-matinya sukses itu tergantung kepada kerja dan karakter personal itu sendiri. Jika dihubungkan dengan ‘kemagnetan’ (kebetulan saya guru Fisika, dan saat ini tengah menjelaskan gejala kemagnetan kepada murid saya), maka magnet elementer itu sudah ada pada setiap bahan/benda. Hanya saja magnet elementer itu masih acak dan tidak dalam satu arah yang sama. Maka untuk menjadikan gaya magnet yang berdaya guna, diperlukan tiga hal; 1) digosok dengan magnet tetap, 2) dialiri arus listrik, dan 3) dengan cara induksi. Ketiga cara tersebut dapat diaktualisasikan sebagai bagian dari rencana manusia untuk menuju puncak sukses. Atau dengan bahasa Mas Billy, menuju “Young On Top”.

Sukseskan Hidupmu, berarti kesusksesan itu masih belum ada. Sama sekali, atau hanya sebagaian kecil saja. Jadi, menurut pemahaman saya, pemilihan judul ‘Hidupkan Suksesmu’ lebih berdaya makna daripada ‘Sukseskan Hidupmu. Tetapi, ini hanya sebatas wacana diri, yang bisa jadi dalam pemahaman dan pemaparan yang lain bisa kurang lebih sama, atau malah lebih baik untuk yang kedua. Gitu deh!





INDAHNYA BERBAGI

Mencermati buku Mas Billy ini, (maaf saya masih belum tuntas membaca, saat artikel ini ditulis),  terlintas dalam pikiran saya tentang arti besar dari berbagi. Baik itu yang berupa materi, atau hanya sebatas ikut prihatin, dan berbela sungkawa atas permasalahan orang lain. Baik itu tentang tanah longsor, sunami, kecelakaan, peperangan, dan lain sebagainya.

Kita tercipta sebagai makhluk sosial. Itu artinya, kita tidak bisa hidup sendiri. Kita pasti membutuhkan pertolongan orang sekitar. Untuk menolong, tidak harus menjadi kaya, atau tidak mesti menjadi seorang pejabat. Pertolongan begitu mudah, semudah kita ingin dan akan menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

Mas Billy bukanalah seorang Muslim. Tetapi, untuk sekadar berbagi kebahagiaan, pada saat ‘LEBARAN’, Mas Billy tidak segan-segan untuk mengucapkan ‘SELAMAT LEBARAN’ bagi yang merayakannya. Berbagi kebahagiaan tidak harus seagama, namun senasib tercipta sebagai manusia adalah bagian terpenting untuk saling berbagi kebahagiaan. Maaf, bagi yang tidak setuju dengan pernyataan ini, saya tidak bermaksud untuk me-rival-kan, antara yang pro-ucapan selamat keagamaan dengan yang kontra. Mari kita terus berbagi untuk suatu kebahagiaan, karena hanya dengan cara berbagi, kita dibedakan antara human dan nonhuman. Mungkin, begitu!

Saya pun Berlinangan Air Mata, salah satu artikel yang sempat membuat hati saya terharu. Melihat dan memahami, betapa masih ada anak-anak di sekitar kita yang membutuhkan kasih. Meski kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi. Anak-anak yatim, adalah mereka yang memerlukan kasih sayang kita. Memerlukan uluran lembut tangan kita. Agar mereka tidak merasa sunyi di antara hiruk-pikuk kehidupan dunia. Agar mereka memahami, bahwa masih ada kerabat ‘jauh’ yang peduli, dan bersedia berbagi kebahagiaan dengan mereka. Semoga!





UNTUK SUKSES BUTUH KEMAUAN YANG KUAT

Sukses, adalah kata yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk direalitaskan. Setuju? Bisa jadi ada yang setuju, dan yang tidak setuju juga, mungkin, banyak. “Untuk Sukses Dibutuhkan Kemauan yang Kuat”, itu kata Mas Billy. Kemauan yang kuat tentu harus dibarengi dengan usaha (ikhtiar) yang maksimal. Adakah usaha yang tidak maksimal? Tentu! Kok bisa? Yeee....!

Saya seorang tenaga guru. Untuk mencapai taget pembelajaran, saya harus punya kemauan. Kemauan saja tidak cukup, tetapi harus kemauan yang kuat, disertai dengan ikhtiar yang maksimal. Tidak sedikit seorang guru yang punya kemauan untuk menuntaskan pembelajaran, tetapi, karena tidak disertai dengan kemauan yang kuat, maka goal tersebut tidak tersampaikan. Dan kesuksesan pembelajran hanya sebuah slogan yang terus didengungkan untuk sesuatu yang tidak tercapai.

Seorang nelayan, untuk mendapatkan ikan yang banyak (diinginkan), maka mereka harus berjuang, bertarung , dan berkorban untuk menaklukkan ganasnya gelombang dan badai. Dengan kemauan yang maksimal dan kegigihan yang benar-benar gigih, maka para nelayan akan memetik hikmah dari daya upaya dan kemauannya yang tertanam kuat di dalam dirinya. Akankah ikan yang diinginkan akan didapat? Jawabannya, entu ‘YA’.

Semula, saya adalah seorang perokok, Mas Billy juga. Terus, dengan sebuah tekat dan kemauan yang kuat, saya berusaha untuk berhenti dari kebiasaan kurang baik ini. Hasilnya? Alhamdulillah, sudah sekitar lima tahunan, saya tidak lagi menyentuh yang namanya ROKOK. Sama sekali, ya benar-benar ‘cerai’ dari yang namanya merokok.

Tentu, ada yang bertanya, “Kok bisa ya?” Jika ada kemauan, lakukan ikhtiar maksimal, maka jalan akan terpampang. Jika ada yang mengatakan, bahwa sudah seringkali mencoba untuk shutdown dari merokok, tapi tidak bisa dipisahkan dari merokok, maka kemauan itu masih perlu di-review agar menjadi sebuah will power untuk mencapai tujuan.



DITRAKTIR VS MENTRAKTIR

Satu lagi hal menarik yang sempat ‘in’ di benak saya adalah, “Ditraktir vs Mentraktir.” Anda lebih suka ditraktir atau mentraktir? Tentu jawabannya akan berbeda-beda. Ada yang suka ditraktir, ada juga yang suka mentraktir. Ditraktir, tidak perlu menjadi orang yang di bawah, miskin, atau status sosial yang lebih rendah. Ditraktir, bisa jadi atasan, orang yang lebih kaya, atau pun status sosial yang lebih baik daripada yang mentraktir.

Padahal, saya sependapat dengan Mas Billy, bahwa mentraktir itu bernilai ‘lebih.’ Ada ‘rasa’ yang mungkin tidak terungkapkan ke permukaan, manakala kita menjadi ‘lebih’ daripada ‘tidak lebih’.

Apa sih, kelebihan dari mentraktir? Rasa memberi, ya memberi adalah bagian dari kelebihan mentraktir. Di samping itu, mentraktir akan memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Dengan demikian, kita kembali kepada ‘ungkapan cinta’ yang harus dirasakan olah orang lain. Ungkapkan ‘cinta’mu, dengan sepenuh hati, ikhlas, dan tanpa pamrih. Maka, sunah alam akan memberikan ‘umpan balik’ untuk kembali ‘the best’ kepada diri kita sendiri. Gitu deh, mungkin!

Mentraktir adalah bagian dari rasa kasih. Cinta yang akan menghidupi suasana di sekitar kita. Biasakan mentraktir, dan jarangkan ditraktir. Karena dengan mentraktir, kita akan menjadi orang yang memberi. Sedangkan lebih banyak memberi, adalah salah satu bagian untuk mencapai kebahagiaan.


07/03/2015

No comments:

Post a Comment