Friday, March 13, 2015

JUGUN IANFU: KISAH SEDIH WANITA PENGHIBUR

KISAH SEDIH WANITA PENGHIBUR; JUGUN IANFU
PAHLAWAN PEREMPUAN YANG TERKORBANKAN LAHIR DAN BATIN
(Apresiasi Puisi Haidar Hafeez: Happy Birthday Indonesia)
 

Jugun Ianfu: Berkorban lahir dan batin
Pendahuluan
 
Sungguh, saya termasuk salah seorang yang terlambat dalam meng-up date informasi. Salah satunya adalah kisah perempuan muda Indonesia yang dipaksa untuk melayani nafsu birahi tentara Jepang. Betapa miris hati saya, saat membaca beberapa artikel yang terkoneksi dengan kisah pilu ini. Kisah yang menyayat hati. Perempuan-perempuan suci yang melacurkan diri karena kekejaman dan keserakahan penjajah (Jepang). Dipaksa, diperkosa, diintimedasi, dan bahkan mengerang dalam jerit sisa hidupnya yang terkorbankan. Mereka bahkan mengorbankan nyawa.
 
Tiba-tiba air mata saya menetes. Deras mengalir, mengiringi kelana jiwa resah Jugun Ianfu. Hatiku menjerit, melolong, dan berteriak laknat penjajah keparat. Saya hanya mampu membayang, betapa air mata jiwa perempuan muda, yang dirampas paksa oleh para penjajah, menganak sungai, mengalir membasahi bumi pertiwi. Tetapi mereka tidak berdaya, sekalipun jiwa berontak untuk terlepas dari kubang neraka. Hanya pilu hati yang terus menghantam dinding-dinding barak, sebagai saksi sunyi di antara nafsu iblis yang terus menggorogotinya.
 
Jugun Ianfu adalah ibu saya. Ibu Anda dan pahlawan yang tak bertanda. Betapa mereka terus berjuang, meretas jaring-jaring penjajahan, dan merajut benang-benang kemerdekaan. Jugun Ianfu adalah cinta saya, kekasih saya, yang selalu hadir dalam jiwa merdeka. Mereka terus berteriak nyaring, melolong menembus langit ke-tujuh. Melahirkan generasi pejuang, dari rahim pengorbanan yang tidak bisa dinilai.
 
Sehubungan dengan kisah pilu ini, balada cinta tanah air dengan selaksa pengorbanan, Haidar Hafeez  mengingatkan saya, Anda sekalian, tentang orang-orang suci, yang rela mengorbankan segalanya, kehormatannya, oleh biadab tangan-tangan laknat penjahat. Berikut ini puisi yang saya masksudkan.
 
Dari rahim Jugun Ianfu, kemerdekaan itu lahir
Apresiasi Puisi Perjuangan Kemerdekaan
 
Haidar Hafeez
HAPPY BIRTH DAY INDONESIA

Kau lahir dari rahim
Perempuan "Jugun Ianfu”

Pasuruan 16/8/13
Jugun Ianfu , perempuan belia yag diculik dan dipiara dibarak militer jepang dijadikan pemuas sex ribuan serdadu Jepang. Ada keyakinan bila ingin menang perang harus pesta sex terlebih dahulu. Perempuan Jugun Ianfu dari vaginanya juga memekik merdeka atau mati.

Dari judul puisi, //Happy Berthday Indonesia//, dengan sangat mudah kita dapat menangkap mau-maksud dari kreator. Yaitu sebagai ungkapan selamat (greeting), atas lahirnya kemerdekaan Indonesia (freedem of independen), dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sebuah keinginan yang teramat sederhana. Agar Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera, bangsa yang bermartabat, bangsa yang punya kredibilitas di mata internasional.

Happy birthday adalah ‘selamat ulang tahun’, sebuah ungkapan rasa syukur kepada Allah swt. atas segala nikmat, karunia, serta pemberian yang melimpah terhadap kita. Uangkapan terima kasih ini, biasanya juga dialamatkan kepada kita, saat hari lahir tiba. Tetapi, apakah sesederhana itu yang kreator puisi inginkan? Mari kita teruskan pada larik pertama puisi ini.

//Kau lahir dari rahim// adalah larik yang pertama. Bukan merupakan kalimat utuh, kerena masih memerlukan frase berikutnya. Kau adalah kita, saya, mereka, dan kalian semuanya tanpa kecuali. Sahabat saya maksudkan dengan pokok kalimat ‘kau’ adalah sebagai part prototo, menyebutkan sebagian, tetapi dimaksudkan untuk keseluruhan. Jadi kita terlahir dari rahim. Rahim secara harfiah adalah tempat kita dibesarkan di dalam kandungan ibu kita masing-masing. Tetapi di sini, adalah rahim yang jauh akan memberikan banyak reaksi, banyak air mata yang terkuras, karena rahim ini adalah rahim suci yang terkorban oleh keserekahan penjajah.

Pada larik berikutnya, dari bentuk puisi kuplet; sebuah stanza dua baris (tidak boleh lebih), dan tujuh larik (juga tidak boleh lebih) adalah  //Perempuan “jugun ianfu”//. Larik kedua ini merupakan enjambemen dari larik sebelumnya. Sehingga kedua larik merupakan satu kesatuan yang utuh, atau dengan kata lain satu kalimat sempurna. Perempuan adalah manusai berjenis kelamin wanita, punya ciri-ciri khusus yang sebagianbesar berbeda dengan laki-laki.

Sementara “Jugun Ianfu”, sahabat Haidar Hafeez menggunakan penanda dua tanda petik sebagai penekanan maksud dalam visi dan misi puisi ini. Bahwa ada perempuan, atau gadis yang terkorbankan oleh kekejaman penjajah, dan bahkan jauh lebih menyakitkan dari itu, mereka terstigma negatif dengan kondisi refleksi mereka. Mereka merasa terkucilkan, ter-marjinal-kan, bahkan merasa malu untuk beraudiensi dengan masyarakat sekitar.
 
Sahabat Haidar Hafeez, mengingatkan kita bahwa hakikatnya dalam HUT kemerdekaan ini, tersebab oleh pengorbanan wanita-wanita suci, yang semestinya kita hormati.
 
Masih ada yang prihatin dan perhatian terhadap nasib Jugun Ianfu
Kisah Sedih Wanita Suci
 
Sekilas di bawah puisinya, Haidar Hafeez  memberikan atensi sehubungan dengan Jugun Ianfu. Ia menulis “Jugun Ianfu , perempuan belia yag diculik dan dipiara di barak militer jepang dijadikan pemuas sex ribuan serdadu Jepang. Ada keyakinan bila ingin menang perang harus pesta sex terlebih dahulu. Perempuan Jugun Ianfu dari vaginanya juga memekik merdeka atau mati.”  Dari atensi ini dipahami bahwa perempuan-perempuan Jugun Ianfu juga mempunyai semangat pengorbanan untuk meraih kemerdekaan.
 
Dalam sebuah blognya, Wiyoto mengatakan bahwa, Jugun Ianfu adalah perrempuan penghibur bagi tentara Jepang. Stigma negatif dan pencemaran nama baik yang mereka terima dari masyarakat, serta perasaan bersalah telah membuat mereka berdiam diri tentang pengalaman buruk yang mereka alami. (http://uniqpost.com//77979/cerita-sedih-jugun-ianfu/). Stigma ini semakin menambah luka hati para perempuan Jugun Ianfu. Tetapi mereka tidak berdaya. Mereka pasrah dengan keadaan yang ada. Mereka hanya berserah sepanuhnya kepada Allah swt.
 
Sementara Hilde Janssen (wartawan), pada pembukaan pameran oleh Jan Banning (fotografer) bertajuk “Jugun Ianfu” di Erasmus Huis Jakarta mengatakan,
 
“Pemerintah Indonesia hampir tidak pernah memperhatikan masalah ini. Selama pemerintahan Orde Baru, wanita-wanita ini telah diperingatkan untuk tidak bercerita tentang kisah mereka. Pada saat itu, pemerintah Indonesia khawatir kehilangan peluang perdagangan dan investasi dari Jepang.”
 
Jelas-jelas sebuah pelecehan dan pemerkosaan hak asasi manusia. Tidak ada rasa prihatin terhadap pengorbanan para Jugun Ianfu.  Padahal pengorbana mereka cukuplah besar. Pengorbanan fisik, dan pengorbanan batin. Tetapi mereka tidak mendapatkan tanda jasa. Mereka dibiarkan dalam kesakitan dan kesengsaraan yang luar biasa, lahir dan batin.
 
Padahal, Dr. Hirofumi Hayashi seorang profesor dari Jepang di dalam penelitiannya telah membenarkan adanya praktik Jugun Ianfu (wanita penghibur, PSK, pelacur, perek, lonte, senno’, dsb). Ia mengatakan bahwa ada sekitar 20.000 sampai 30.000 wanita Jugun Ianfu yang dipekerjakan oleh tentara Jepang pada saat perang dunia II. Ini menjadi transparansi indikasi bahwa praktik wanita penghibur benar-benar terjadi.
 
Jugun Ianfu terstigma seumur hidup. Menurut siaran pers dari Musium Kunsthal, para perempuan ini ditarik paksa dari rumah-rumah mereka atau dari jalanan oleh tentara Jepang. Mereka dipaksa bekerja dalam rumah bordil yang dijaga ketat oleh militer. Beberapa di antara mereka akhirnya terjebak di bordil-bordil tak resmi, di barak-barak, pabrik, atau tenda-tenda, atau diseleksi untuk menjadi gundik dari tentara Jepang. Tentu mereka menjadi budak para tantara Jepang karena kekejaman penjajah. Secara nurani, mereka ingin lepas dari setiap bentuk per-gundik-kan, namun tangan-tangan kekar penjajah yang berhati iblis jauh lebih kuat dari tenaga sekadar wanita lemah. Mari kita suarakan bersama, dengan segenap kekuatan yang ada untuk mengangkat derajat wanita-wanita Jugun Ianfu, sebagai ‘pahlawan’ yang harus kita hormati.
 
Terkadang, rasa malu dan perasaan bersalah, menjadi bagian terbesar dari alasan Jugun Ianfu tidak menceritakan kondisinya. Seperti yang diungkapkan oleh Any Yentriyani, Commessioner dan Head of Subcomession, Komnas Perempuan, pada diskusi “Mari Bicara Kebenaran” di Erasmus Huis, senin, 16/08/2010.
 
“Perasaan malu dan takut sering kali membuat perempuan tidak mau mengakui perbudakan yang menimpanya. Selain itu, pengakuan tersebut dianggap sebagai pencemaran nama baik bangsa.”
 
Jugun Ianfu terus diteriakkan untuk dingkat ke permukaan. Masih ada orang-orang yang simpati terhadap keberadaan Jugun Ianfu. Mereka berusaha untuk mencarikan keadilan. Mereka terus berjuang, berdaya upaya untuk memperjuangkan nasib Jugun Ianfu, supaya menajadi manusia yang bermartabat, diakui sebagai bagian dari pembangun bangsa.
 
Sastrawan, Pramoedya Ananta Toer menyampaikan,
 
“Kalian para perawan remaja, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang akan menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang menjalani kemalangan itu... Surat kepada kalian ini juga semacam protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun yang lewat.” (http://m.kompasiana.com/post/sejarah/2012/09/25/jugun -ianfu-potret-kelam-wanita-indonesia/)
 
Salah satu protes yang dikemukakan oleh sastrawan terkenal, Pramoedya Ananta Toer ini, menjadi bagian dari sebuah upaya untuk mengangkat derajat wanita Jugun Ianfu. Agar mereka tidak termarjinalkan dengan stigma negatif yang selama ini mereka sandang. Maka salah seorang di antara kita pun, berteriak lantang dengan puisi 2,7, yaitu saudara Haidar Hafeez.  Tentu di antara kita, para sahabat Puisi 2,7, mempunyai pemahaman yang sama tentang perempuan Jugun Ianfu, bahwa mereka adalah bagian dalam menegakkan perjuangan bangsa.
 
Jugun Ianfu: Perjuangan lahir dan batin
Beberapa Nama Jugun Ianfu
 
a.         Emah Kastimah, adalah salah seorang Jugun Ianfu yang terseret ke koridor kekejaman barak militer Jepang.
b.        NyaSengker yang mempunyai nama asli Sumiati, juga salah satu Jugun Ianfu asal Semarang Jawa Tengah. Ia terdampar di sebuah tempat, setelah Jepang menyerah kepada sekutu, yang ia sendiri tidak pernah mengenalnya. Dari orang ini tidak banyak informasi yang bisa diperoleh karena ia telah berada dalam pengaruh sumpah adat setempat.
c.         NyaSembar, nama aslinya Siti Fatimah asal Subang Jawa Barat
d.        Muka Lumi
e.        Mardiyem asal Jogyakarta lahir pada tanggal 7 Pebruari 1929. Ia menceritakan bahwa ia dijadikan sebagai gundik tentara Jepang dengan panggilan Momoye. Ia adalah seorang penyanyi, yang kemudian diming-imingi suatu pekerjaan yang sesuai dengan yang ia harapkan. Sebagai pesandiwara di Kalimantan. Tetapi yang terjadi justru ia dijadikan Momoye, Jugun Ianfu, wanita penghibur oleh tentara Jepang.
f.          Mama Dominggas Unbektu, diketemukan di Pulau Babar Maluku, dalam usia 84 tahun.
 
Tentu masih banyak lagi Jugun Ianfu yang tidak diketemukan. Dengan beragam alasan, baik karena sudah menginggal dunia atau karena merasa malu untuk mengakuinya. Karena, apa yang terjadi pada dirinya, sekalipu tidak ia harapkan, adalah masalah tabu di dalam kehidupan bermasyarakat.
 
Penutup
 
Apa yang dilakukan oleh Jugun Ianfu adalah, apa yang difirmankan oleh Allah swt dalam al-Quran, yang artinya;
 
“Barangsiapa yang melakukan sesuatu tersebab oleh darurat (keterpaksaan), atau perbutan yang tidak disengaja, maka apa yang ia lakukan tidaklah termasuk dosa.” (al-Quran)
 
Demikian, dari sebuah puisi yang sederhana talah lahir sebuah pengakuan eksistensi keadaan nyata di lingkungan kolonialisme Jepang. //Kau lahir dari rahim//Perempuan “Jugun Ianfu//, dua larik tujuh kata, puisi yang memberikan kenyataan pahit tentang kondisi wanita-wanita suci yang dijadikan pemuas sek oleh tentara laknat Jepang.
 
Tentu saja, saya begitu berterima kasih kepada kreator, karena puisinyalah saya bisa mengetahui lebih banyak tentang Jugun Ianfu, pelacur suci yang memberikan pengorbanan lahir dan batin. Tentu pula saya harus mengucapkan permohonan maaf, jika dalam esai apresiatif ini terdapat hal yang tidak berkenan, tidak sesuai dengan harapan kreator, atau hal lain yang menyinggung perasaan. Untuk yang terakhir ini, sungguh tidak saya sengaja dan tidak saya harapkan.
 
(Sumenep, 20 Agustus 2013)
 
Refrensi :
 
Alquranul Karim
Dokumen/Posting Puisi 2,7
http://uniqpost.com//77979/cerita-sedih-jugun-ianfu/
http://m.kompasiana.com/post/sejarah/2012/09/25/jugun -ianfu-potret-kelam-wanita-indonesia/
http://mayapada-prana.1080831.ns.nabble.com/Jugun-Ianfu-Pemuas-Nafsu-Sex-Sepenggal-Kisah-sedih-td9475,html
http://bukumaniak.blogspot.com/2009/06/rekam-hidup-seorang-jugun-ianfu.html?m=1
 

No comments:

Post a Comment