KISAH
SEDIH WANITA PENGHIBUR; JUGUN IANFU
PAHLAWAN
PEREMPUAN YANG TERKORBANKAN LAHIR DAN BATIN
(Apresiasi
Puisi Haidar Hafeez: Happy Birthday Indonesia)
|
Jugun Ianfu: Berkorban lahir dan batin |
Pendahuluan
Sungguh, saya termasuk salah seorang yang terlambat
dalam meng-up date informasi. Salah satunya adalah kisah perempuan muda Indonesia
yang dipaksa untuk melayani nafsu birahi tentara Jepang. Betapa miris hati
saya, saat membaca beberapa artikel yang terkoneksi dengan kisah pilu ini.
Kisah yang menyayat hati. Perempuan-perempuan suci yang melacurkan diri karena
kekejaman dan keserakahan penjajah (Jepang). Dipaksa, diperkosa, diintimedasi,
dan bahkan mengerang dalam jerit sisa hidupnya yang terkorbankan. Mereka bahkan
mengorbankan nyawa.
Tiba-tiba air mata saya menetes. Deras mengalir,
mengiringi kelana jiwa resah Jugun Ianfu. Hatiku menjerit, melolong, dan
berteriak laknat penjajah keparat. Saya hanya mampu membayang, betapa air mata
jiwa perempuan muda, yang dirampas paksa oleh para penjajah, menganak sungai,
mengalir membasahi bumi pertiwi. Tetapi mereka tidak berdaya, sekalipun jiwa
berontak untuk terlepas dari kubang neraka. Hanya pilu hati yang terus
menghantam dinding-dinding barak, sebagai saksi sunyi di antara nafsu iblis
yang terus menggorogotinya.
Jugun Ianfu adalah ibu saya. Ibu Anda dan pahlawan
yang tak bertanda. Betapa mereka terus berjuang, meretas jaring-jaring
penjajahan, dan merajut benang-benang kemerdekaan. Jugun Ianfu adalah cinta
saya, kekasih saya, yang selalu hadir dalam jiwa merdeka. Mereka terus berteriak
nyaring, melolong menembus langit ke-tujuh. Melahirkan generasi pejuang, dari
rahim pengorbanan yang tidak bisa dinilai.
Sehubungan dengan kisah pilu ini, balada cinta tanah
air dengan selaksa pengorbanan, Haidar Hafeez mengingatkan saya, Anda sekalian, tentang
orang-orang suci, yang rela mengorbankan segalanya, kehormatannya, oleh biadab
tangan-tangan laknat penjahat. Berikut ini puisi yang saya masksudkan.
|
Dari rahim Jugun Ianfu, kemerdekaan itu lahir |
Apresiasi Puisi Perjuangan
Kemerdekaan
HAPPY BIRTH DAY INDONESIA
Kau lahir dari rahim
Perempuan "Jugun Ianfu”
Pasuruan 16/8/13
Jugun Ianfu , perempuan belia yag diculik dan dipiara dibarak
militer jepang dijadikan pemuas sex ribuan serdadu Jepang. Ada keyakinan bila
ingin menang perang harus pesta sex terlebih dahulu. Perempuan Jugun Ianfu dari
vaginanya juga memekik merdeka atau mati.
Dari judul puisi, //Happy Berthday Indonesia//, dengan sangat
mudah kita dapat menangkap mau-maksud dari kreator. Yaitu sebagai ungkapan
selamat (greeting), atas lahirnya
kemerdekaan Indonesia (freedem of
independen), dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sebuah
keinginan yang teramat sederhana. Agar Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera,
bangsa yang bermartabat, bangsa yang punya kredibilitas di mata internasional.
Happy birthday adalah ‘selamat ulang tahun’,
sebuah ungkapan rasa syukur kepada Allah swt. atas segala nikmat, karunia,
serta pemberian yang melimpah terhadap kita. Uangkapan terima kasih ini,
biasanya juga dialamatkan kepada kita, saat hari lahir tiba. Tetapi, apakah
sesederhana itu yang kreator puisi inginkan? Mari kita teruskan pada larik
pertama puisi ini.
//Kau lahir dari rahim// adalah larik yang pertama. Bukan
merupakan kalimat utuh, kerena masih memerlukan frase berikutnya. Kau adalah
kita, saya, mereka, dan kalian semuanya tanpa kecuali. Sahabat saya maksudkan
dengan pokok kalimat ‘kau’ adalah sebagai part
prototo, menyebutkan sebagian, tetapi
dimaksudkan untuk keseluruhan. Jadi kita terlahir dari rahim. Rahim secara harfiah
adalah tempat kita dibesarkan di dalam kandungan ibu kita masing-masing. Tetapi
di sini, adalah rahim yang jauh akan memberikan banyak reaksi, banyak air mata
yang terkuras, karena rahim ini adalah rahim suci yang terkorban oleh
keserekahan penjajah.
Pada larik berikutnya, dari bentuk puisi kuplet;
sebuah stanza dua baris (tidak boleh lebih), dan tujuh larik (juga tidak boleh
lebih) adalah //Perempuan “jugun
ianfu”//. Larik kedua ini merupakan enjambemen dari larik sebelumnya.
Sehingga kedua larik merupakan satu kesatuan yang utuh, atau dengan kata lain
satu kalimat sempurna. Perempuan adalah manusai berjenis kelamin wanita, punya
ciri-ciri khusus yang sebagianbesar berbeda dengan laki-laki.
Sementara “Jugun Ianfu”, sahabat Haidar Hafeez menggunakan penanda dua tanda petik sebagai penekanan
maksud dalam visi dan misi puisi ini. Bahwa ada perempuan, atau gadis yang
terkorbankan oleh kekejaman penjajah, dan bahkan jauh lebih menyakitkan dari
itu, mereka terstigma negatif dengan kondisi refleksi mereka. Mereka merasa
terkucilkan, ter-marjinal-kan, bahkan merasa malu untuk beraudiensi dengan
masyarakat sekitar.
Sahabat Haidar Hafeez, mengingatkan kita bahwa
hakikatnya dalam HUT kemerdekaan ini, tersebab oleh pengorbanan wanita-wanita
suci, yang semestinya kita hormati.
|
Masih ada yang prihatin dan perhatian terhadap nasib Jugun Ianfu |
Kisah Sedih Wanita Suci
Sekilas di bawah puisinya, Haidar Hafeez memberikan atensi sehubungan
dengan Jugun Ianfu. Ia menulis “Jugun Ianfu , perempuan belia yag diculik dan dipiara di barak militer
jepang dijadikan pemuas sex ribuan serdadu Jepang. Ada keyakinan bila ingin
menang perang harus pesta sex terlebih dahulu. Perempuan Jugun Ianfu dari
vaginanya juga memekik merdeka atau mati.” Dari atensi ini dipahami bahwa
perempuan-perempuan Jugun Ianfu juga mempunyai semangat pengorbanan untuk
meraih kemerdekaan.
Dalam sebuah blognya, Wiyoto
mengatakan bahwa, Jugun Ianfu adalah perrempuan penghibur bagi tentara Jepang.
Stigma negatif dan pencemaran nama baik yang mereka terima dari masyarakat,
serta perasaan bersalah telah membuat mereka berdiam diri tentang pengalaman
buruk yang mereka alami. (http://uniqpost.com//77979/cerita-sedih-jugun-ianfu/). Stigma ini
semakin menambah luka hati para perempuan Jugun Ianfu. Tetapi mereka tidak
berdaya. Mereka pasrah dengan keadaan yang ada. Mereka hanya berserah
sepanuhnya kepada Allah swt.
Sementara Hilde Janssen
(wartawan), pada pembukaan pameran oleh Jan Banning (fotografer) bertajuk
“Jugun Ianfu” di Erasmus Huis Jakarta mengatakan,
“Pemerintah Indonesia hampir
tidak pernah memperhatikan masalah ini. Selama pemerintahan Orde Baru,
wanita-wanita ini telah diperingatkan untuk tidak bercerita tentang kisah
mereka. Pada saat itu, pemerintah Indonesia khawatir kehilangan peluang
perdagangan dan investasi dari Jepang.”
Jelas-jelas sebuah pelecehan dan
pemerkosaan hak asasi manusia. Tidak ada rasa prihatin terhadap pengorbanan
para Jugun Ianfu. Padahal pengorbana
mereka cukuplah besar. Pengorbanan fisik, dan pengorbanan batin. Tetapi mereka
tidak mendapatkan tanda jasa. Mereka dibiarkan dalam kesakitan dan kesengsaraan
yang luar biasa, lahir dan batin.
Padahal, Dr. Hirofumi Hayashi
seorang profesor dari Jepang di dalam penelitiannya telah membenarkan adanya
praktik Jugun Ianfu (wanita penghibur, PSK, pelacur, perek, lonte, senno’,
dsb). Ia mengatakan bahwa ada sekitar 20.000 sampai 30.000 wanita Jugun Ianfu
yang dipekerjakan oleh tentara Jepang pada saat perang dunia II. Ini menjadi
transparansi indikasi bahwa praktik wanita penghibur benar-benar terjadi.
Jugun Ianfu terstigma seumur
hidup. Menurut siaran pers dari Musium Kunsthal, para perempuan ini ditarik
paksa dari rumah-rumah mereka atau dari jalanan oleh tentara Jepang. Mereka
dipaksa bekerja dalam rumah bordil yang dijaga ketat oleh militer. Beberapa di
antara mereka akhirnya terjebak di bordil-bordil tak resmi, di barak-barak,
pabrik, atau tenda-tenda, atau diseleksi untuk menjadi gundik dari tentara
Jepang. Tentu mereka menjadi budak para tantara Jepang karena kekejaman
penjajah. Secara nurani, mereka ingin lepas dari setiap bentuk per-gundik-kan,
namun tangan-tangan kekar penjajah yang berhati iblis jauh lebih kuat dari
tenaga sekadar wanita lemah. Mari kita suarakan bersama, dengan segenap
kekuatan yang ada untuk mengangkat derajat wanita-wanita Jugun Ianfu, sebagai
‘pahlawan’ yang harus kita hormati.
Terkadang, rasa malu dan perasaan
bersalah, menjadi bagian terbesar dari alasan Jugun Ianfu tidak menceritakan
kondisinya. Seperti yang diungkapkan oleh Any Yentriyani, Commessioner dan Head
of Subcomession, Komnas Perempuan, pada diskusi “Mari Bicara Kebenaran” di
Erasmus Huis, senin, 16/08/2010.
“Perasaan malu dan takut sering
kali membuat perempuan tidak mau mengakui perbudakan yang menimpanya. Selain
itu, pengakuan tersebut dianggap sebagai pencemaran nama baik bangsa.”
Jugun Ianfu terus diteriakkan
untuk dingkat ke permukaan. Masih ada orang-orang yang simpati terhadap
keberadaan Jugun Ianfu. Mereka berusaha untuk mencarikan keadilan. Mereka terus
berjuang, berdaya upaya untuk memperjuangkan nasib Jugun Ianfu, supaya menajadi
manusia yang bermartabat, diakui sebagai bagian dari pembangun bangsa.
Sastrawan, Pramoedya Ananta Toer
menyampaikan,
“Kalian para perawan remaja,
telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang
nasib buruk yang akan menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya
perhatian terhadap sejenis kalian yang menjalani kemalangan itu... Surat kepada
kalian ini juga semacam protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun yang
lewat.” (http://m.kompasiana.com/post/sejarah/2012/09/25/jugun
-ianfu-potret-kelam-wanita-indonesia/)
Salah satu protes yang
dikemukakan oleh sastrawan terkenal, Pramoedya Ananta Toer ini, menjadi bagian
dari sebuah upaya untuk mengangkat derajat wanita Jugun Ianfu. Agar mereka
tidak termarjinalkan dengan stigma negatif yang selama ini mereka sandang. Maka
salah seorang di antara kita pun, berteriak lantang dengan puisi 2,7, yaitu
saudara Haidar Hafeez. Tentu di antara kita, para
sahabat Puisi 2,7, mempunyai pemahaman yang sama tentang perempuan Jugun Ianfu,
bahwa mereka adalah bagian dalam menegakkan perjuangan bangsa.
|
Jugun Ianfu: Perjuangan lahir dan batin |
Beberapa Nama Jugun Ianfu
a.
Emah Kastimah, adalah salah
seorang Jugun Ianfu yang terseret ke koridor kekejaman barak militer Jepang.
b.
NyaSengker yang mempunyai nama
asli Sumiati, juga salah satu Jugun Ianfu asal Semarang Jawa Tengah. Ia
terdampar di sebuah tempat, setelah Jepang menyerah kepada sekutu, yang ia
sendiri tidak pernah mengenalnya. Dari orang ini tidak banyak informasi yang
bisa diperoleh karena ia telah berada dalam pengaruh sumpah adat setempat.
c.
NyaSembar, nama aslinya Siti
Fatimah asal Subang Jawa Barat
d.
Muka Lumi
e.
Mardiyem asal Jogyakarta lahir
pada tanggal 7 Pebruari 1929. Ia menceritakan bahwa ia dijadikan sebagai gundik
tentara Jepang dengan panggilan Momoye. Ia adalah seorang penyanyi, yang
kemudian diming-imingi suatu pekerjaan yang sesuai dengan yang ia harapkan.
Sebagai pesandiwara di Kalimantan. Tetapi yang terjadi justru ia dijadikan
Momoye, Jugun Ianfu, wanita penghibur oleh tentara Jepang.
f.
Mama Dominggas Unbektu,
diketemukan di Pulau Babar Maluku, dalam usia 84 tahun.
Tentu masih banyak lagi Jugun Ianfu yang tidak
diketemukan. Dengan beragam alasan, baik karena sudah menginggal dunia atau
karena merasa malu untuk mengakuinya. Karena, apa yang terjadi pada dirinya,
sekalipu tidak ia harapkan, adalah masalah tabu di dalam kehidupan
bermasyarakat.
Penutup
Apa yang dilakukan oleh Jugun Ianfu adalah, apa yang
difirmankan oleh Allah swt dalam al-Quran, yang artinya;
“Barangsiapa
yang melakukan sesuatu tersebab oleh darurat (keterpaksaan), atau perbutan yang
tidak disengaja, maka apa yang ia lakukan tidaklah termasuk dosa.” (al-Quran)
Demikian, dari sebuah puisi yang sederhana talah
lahir sebuah pengakuan eksistensi keadaan nyata di lingkungan kolonialisme
Jepang. //Kau lahir dari rahim//Perempuan “Jugun Ianfu//, dua larik tujuh kata,
puisi yang memberikan kenyataan pahit tentang kondisi wanita-wanita suci yang
dijadikan pemuas sek oleh tentara laknat Jepang.
Tentu saja, saya begitu berterima kasih kepada
kreator, karena puisinyalah saya bisa mengetahui lebih banyak tentang Jugun
Ianfu, pelacur suci yang memberikan pengorbanan lahir dan batin. Tentu pula
saya harus mengucapkan permohonan maaf, jika dalam esai apresiatif ini terdapat
hal yang tidak berkenan, tidak sesuai dengan harapan kreator, atau hal lain
yang menyinggung perasaan. Untuk yang terakhir ini, sungguh tidak saya sengaja
dan tidak saya harapkan.
(Sumenep, 20 Agustus 2013)
Refrensi :
Alquranul Karim
Dokumen/Posting Puisi 2,7
No comments:
Post a Comment