Saturday, February 27, 2016

MEMBANGUN KETEGASAN HATI MELAWAN EGOISME PERSONAL

(Kontemplasi Verbal Atas Puisi Muhammad Ali Fakih)

Jangan Kau Tidur dalam Pikiranku
--- Kepada diriku yang lain

Tak mesti dengan kakimu aku berjalan
Dan tak mesti dengan tanganmu
kuatur semua perabotan rumahku

Sudah lama aku berpeluh di terik siang
layu bersama bunga di musim kering
Maafkan mimpi-mimpiku
yang menyala di angkasa
dan mengacuhkanmu

Aku bagimu bara api
Baiklah, aku tak akan tinggal
dalam anggapanmu
dan biarkan aku pergi

Aku akan berkemas bagai benih
tumbuh jadi pohon dan berbuah
Akan kukerjakan semua yang ingin kukerjakan
dengan kekuatanku sendiri

Tapi jangan kau tidur
dalam pikiranku
dan melihat segalanya
dengan mataku

Jogokaryan, 2014
***

Membangun sebuah kontemplasi verbal atas sebuah puisi terkadang diperlukan perenungan yang komprehensif, meliputi tafsir-makna intrinsik dan ekstrinsik. Untuk yang pertama (intrinsik) dapat diperoleh dengan cara koordinasi makna kata yang telah tersurat di dalam batang puisi. Namun, untuk pendekatan yang kedua (ekstrinsik) memerlukan suatu daya yang akan menyerap energi, sehingga hakikat dari usaha/kerja dapat dimaksimalkan. Sayang sekali, untuk yang kedua referensi begitu terbatas, sebatas saya kenal Mas Fakih dari biodata di buku antologi ini.

Saya ingin mencoba membangun sebuah acuan tafsir-makna yang lebih mengacu kepada hakikat batang tubuh puisi. Dengan keterbatasan referensi, dengan minimnya pemahaman kontemplasi, serta aspek ke-tidakmengerti-an lainnya, sehingga memaksa saya untuk ---sebelumnya--- meminta maaf. Tersebab oleh cinta ---Ketam Ladam Rumah Ingatan--- berakibat pada sebuah timbulnya kemauan/keinginan untuk turut berkisah. Berharap lampiran makna dan sampiran kebenarannya menjadi dialektika yang punya arti (positif).

Kalau dalam bahasa puisi M. Faizi, "//Pendar gugus bintang semesta raya//jika engkaulah alamat kebenaran//maka perkenankan//sepanjang hidupku menjadi malam//. Bahwa jika kontemplasi makna ini menjadi sebuah kebenaran, maka biarkan "benar" itu menjalari hakikat kehidupan untuk dirasakan oleh semua orang. Termasuk dalam tafsir-makna puisi ini, jika terdapat sebuah kebenaran dan bermanfaat, maka biarkanlah kemanfaatan menjadi kebenaran yang seharusnya.

Hanya tersebab oleh kebetulan, maka saya terpaut dengan puisi Muhammad Ali Fakih. Saya tidak kenal dengan pencipta puisi ini. Namun, dari beberan biodata yang ada pada buku antologi ini, sedikit banyak saya tahu bahwa Mas Fakih adalah orang yang "hebat." Menerbitkan beberapa buku, dalam benak saya sudah termasuk orang yang hebat. Siapa pun itu. Tidak terbatas hanya pada Mas Fakih. Pencipta puisi ini termasuk dalam katagori hebat sebagaimana yang saya definisikan.

Bermula dari SMS istri saya, Fitri Amalia, salah seorang panitia dalam pelaksanaan "Peluncuran Buku Ketam Ladam Rumah Ingatan," di Pendopo Kraton Sumenep. Melalui SMS, istri saya mengirimkan sebuah puisi yang ditulis oleh Mas Fakih. Ya, terkadang media ---termasuk media SMS--- membuat penggunanya merasakan kelucuan yang tanpa sengaja untuk melucu. Istri saya mengirimkan puisi di atas sekaligus dalam satu kali SMS. Tetapi SMS tersebut masuk dua kali. Dan yang pertama masuk adalah kata api---, dan saya mengira bahwa judul puisi di atas adalah api, dan seterusnya dengan perubahan batang puisi yang sangat "riskan." Jadilah sebuah apresiasi yang jauh dari puisi di atas. (Suatu saat saya akan mediakan sebagai referensi bahwa manusia sangat mungkin untuk berbuat salah, bahkan tanpa disengaja sekalipun).

//Jangan Kau Tidur dalam Pikiranku// adalah judul puisi Mas Fakih. Tegas, pencipta puisi ini menghalau "ia" (kau) agar jangan berdiam di dalam otak atau memorinya. Kata "jangan" adalah sebuah ketidakmauan, tidak diinginkan, tidak diharapkan, untuk berada dalam jangkauan. Begitu juga sebuah keinginan agar "ia" menjauh dari kehidupannya. Sebagai sebuah penjelas, Mas Fakih memberikan tautan khusus "//kepada diriku yang lain//" Dari catatan khusus ini, dapat dipahami bahwa "ia" bagian yang tidak terpisahkan dengan dirinya. Jiwanya telah menjadi dirinya sendiri, dan dirinya terbangun atas anasir yang tidak gampang untuk dipisahkan.

Maka muncullah dalam benak saya, "ia" adalah analogi dari sikap dan sifat egoisme. Dalam pandangan saya, sifat egoisme bisa mengarah kepada sikap-sikap negatif, dimana sifat tersebut tidak bisa lepas dengan jiwa manusia. Manusia diciptakan dengan dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif. Terdapat unsur malaikat, pun tersemat sikap iblis. Dengan kondisi ini, manusia bisa mungkin menjadi baik seperti malaikat atau bahkan melebihi, atau jatuh tersungkur, terburuk bahkan melebihi keburukan iblis. Hidup dengan sikap baik adalah pilihan, sebagaimana sikap jelek juga sebuah pilihan.

Makna bias dari egoisme adalah sifat marah, dengki, hasud, sombong, malas, dan lain sebagainya. Sifat-sifat buruk ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan jiwa seseorang. Maka, pas dengan penjelasan pencipta puisi, "kepada diriku yang lain."

"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (QS. Al-Isro': 37)

//Tak mesti dengan kakimu aku berjalan// artinya bahwa sikap egois tidak akan pernah memberikan tindakan kebajikan. Sifat-sifat manusia yang jelek tidak memberikan efek positif dalam segala tindakan. Maka, seharusnya bukan hanya "tidak mesti," tetapi pasti "aku tidak akan berjalan dengan kakimu." Namun, manusia juga diciptakan dengan dimensi "salah." Suatu saat, disengaja atau tidak, sedikit atau banyak, kesalahan itu pasti diperbuat. Tetapi, sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertobat.

"Sesungguhnya manusia tempat salah dan lupa." (Alhadits)

Dari ‘Aisyah RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Tidaklah seorang hamba menyesali atas suatu dosa, melainkan Allah mengampuninya sebelum ia mohon ampun kepada Allah dari dosanya itu” . [HR. Hakim].

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa” . [HR. Ibnu Majah dan Thabrani]

Dan tidak perlu adanya penjabaran dari kalimat //Dan tak mesti dengan tanganmu//kuatur semua perabotan rumahku//. Kalimat ini adalah sebuah pengulangan maksud dari kalimat sebelumnya. Tanpa kalimat ini, sudah bisa dipahami bahwa segala usaha/kerja tidak akan bernilai guna jika "ia" (egoisme?) masih bersemayam sebagai metra kerja yang meniadakan kualitas kinerja. Bukan berarti kalimat ini jelek atau harus dihilangkan, karena penegasan dalam sebuah wacana diperlukan sebagai "penegas" untuk mencapai suatu maksud.

Usaha dan ikhtiar telah dijalankan sebagai bagian dari kewajiban mengemban amanah Tuhan. Banting tulang peras keringat, serta suka dan duka menjadi bagian yang tak terpisahkan. //Sudah lama aku berpeluk di terik siang//layu bersama bunga di musim kering//. Sebagai hamba yang punya tanggung jawab, harus terus berusaha tanpa rasa putus asa. Profesi "khalifah" adalah sebagai eksistensi manusia yang akan memanusiakan yang lainnya. Bermanfaat untuk orang lain adalah bagian utama dalam tujuan hidup.

Mimpi adalah awal untuk mencapai tujuan. Make your dream comes true, buatlah mimpimu menjadi nyata. Bermimpi artinya membangun keinginan untuk mencapai tingkat kedewasaan. Yaitu, tangga kandidat yang akan mempertemukan kita dengan Robb, Tuhan Semesta Alam. //Maafkan mimpi-mimpiku//yang menyala di angkasa//dan mengacuhkanmu//. Mengacuhkan egoisme adalah sebuah kewajiban. Sikap dan sifat yang jelek/buruk harus dibuang jauh-jauh. Hingga tak lagi ada koneksi, bahkan sekalipun hanya sebatas signal yang lewat. Sikap marah, dengki, hasud, dan sikap jelek lainnya harus kita jauhkan untuk membentuk ketegasan individu dalam meraih Ridha Allah swt.

//Aku bagimu bara api//, sesuatu yang akan membuat kamu sengsara. Bermitra denganmu (egoisme) akan membuat aku lelah. Kalah. Dan terperosok ke dalam jurang kesesatan. Sikap yang tak acuh akan membuat sifat negatif harus pergi dari diri seseorang.

//Baiklah, aku tak akan tinggal//dalam anggapanmu//dan biarkan aku pergi//. Seharusnya "ia" (egoisme) yang pergi. Namun, sebagai sesuatu yang bisa niscaya berdiam di dalam sanubari seseorang, maka meninggalkannya adalah sebuah keharusan. Misalnya, kalau dalam bahasa pribumi, Madura, ada sebagian "guru" yang berucap, "Pacangke' sefat juba' jareya, e carang, Cong!" (Cantolkan sifat jelek itu di ranting bambu, Nak!) Artinya, sifat jelek bisa kita tinggalkan, meskipun terkadang sifat tersebut bisa datang tanpa kita undang. Bagaimanapun, sikap apatis terhadap sifat egois adalah bagian dari kecerdasan individu seseorang.

//Aku akan berkemas bagai benih//tumbuh jadi pohon dan berbuah//. Berkemas berarti bersiap-siap untuk membangun individu yang berdaya guna. Menjadi benih, tidak sekadar benih, terapi tumbuh dan kemudian memberi manfaat baik berupa pohon dan buah. Menjadi pohon saja tapi tidak bermanfaat (berbuah) tidak cukup. Harus menjadi pribadi yang berkontribusi dalam membangun peradaban cinta, yaitu cinta Agama, Bangsa, dan Negara.

//Akan kukerjakan semua yang ingin kukerjakan//dengan kekuatanku sendiri// Pada bagian ini ada kesan bahwa pencipta puisi ini, Muhammad Ali Fakih, mengumbar suatu kesombongan. "Dengan kekuatanku sendiri," sebagai ucapan yang kontradiktif. Seakan Mas Fakih tidak perlu bantuan orang lain. Padahal, maksud makna dari kalimat ini adalah bekerja untuk suatu kemaslahatan tanpa dibarengi oleh sikap sombong, marah, acuh, meremehkan orang lain, dan lain sebagainya. Bukan berarti bahwa Mas Fakih tidak perlu bantuan orang lain. Bagaimanapun, sebagai makhluk sosial, semua memerlukan sahabat, yaitu bantuan orang lain. (Atau jangan-jangan,... hehee, sorry!)

Tapi, bagaimana sulitnya untuk melepas nilai-nilai sikap negatif di dalam diri kita sendiri. Berucap, menulis nasihat-nasihat, terasa begitu mudah. Dalam realitas, sikap egois (penyakit hati) tidak segampang membalik telapak tangan. Diperlukan keikhlasan. Dibutuhkan kesabaran. Dan diharuskan untuk berjuang secara maksimal untuk berhindar dari berbagai penyakit hati. //Tapi, jangan kau tidur//dalam pikiranku//, adalah kalimat skeptis akan sebuah keinginan. Meski keinginan itu begitu kuat, rasa kawatir tidak mampu menghindar tetap masih ada. //dan melihat segalanya//dengan mataku//, adalah kekawatiran yang cukup menyita pikiran. Sebab kalau "penyakit hati" itu telah berkutat dan berakar di dalam jiwa seseorang, maka ia akan melihat dengan mata kebencian. Berucap dengan kata-kata pedas, berjalan dengan kaki keangkuhan, dan berpikir dengan tanpa campur tangan Tuhan. Na'udzu billah, kita berlindung kepada Allah swt dari sikap egoisme (penyakit hati).

Maaf!

Kata yang pantas saya ucapkan adalah kata "maaf." Hanya dengan kata ini saya akan terlepas dari keegoisan, keangkuhan, kesombongan, dan sifat-sifat jelek lainnya. Dengan kata "maaf" seharusnya saya lepas dari beban tanggung jawab moral atas kesahihan tafsir-makna ini. Dengan maaf, sungguh saya memohon kepada pencipta puisi (semula saya biasa menggunakan pemuisi, tapi...), Muhammad Ali Fakih, untuk tidak menvonis saya sebagai orang yang "omatao." No more, tidak lebih saya hanya ingin "menulis" sesuatu yang tiba-tiba muncul di benak saya. Jika kemudian terdapat salah, itu karena keterbatasan kecerdasan saya, dan jika terungkap kebenaran dan kemanfaatan, itu semua datangnya dari Allah swt.

Akhir dari segalanya, "Ketam Ladam Rumah Ingatan," saya memberikan jabaran sebagai sebuah "hasil (ketam; menuai dengan ani-ani, biasanya padi) dari kekuatan yang luar biasa (ladam; tapal kuda, sebagai sebuah nilai kekuatan, sehingga kuda (horse) dijadikan satuan kekuatan), rumah ingatan; yaitu Madura yang tidak boleh kita lupakan begitu saja. Jernaknya, bahwa di Madura begitu banyak para penyair yang mempunyai talenta mumpuni, baik yang sudah dikenal, terkenal, atau pun yang masih belum sempat terpublikasikan. Maka, "Ketam Ladam Rumah Ingatan," adalah munculnya penyair yang hebat dari tanah Sakera, Madura. Insya Allah. Aamiin!

Referensi:
Alquran Al-Karim
Imam Al Ghazali, Penebus Dosa,...
Ketam Ladam Rumah Ingatan; Antologi Puisi Penyair Muda Madura, LSL Reboeng, 2016
KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008
M. Faizi, Permaisuri Malamku, Mei 2012, DIVA Press, Jogjakarta

kampungpuisiwr.blogspot.com/2011/10/istilah-istilah-dalam-puisi.html?m=1

Sunday, February 21, 2016

Bukan Punguk Yang Merindukan Rembulan

Bukan Punguk Yang Merindukan Rembulan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Satu tahun sudah berlalu, tapi Ipung masih begini saja. Masih memandanginya dari jauh tanpa kata. Mendekat pun Ipung tak berani. Dia terlalu tinggi untuk digapai, begitu pikir Ipung murung.

Namanya Saiful, akrab di sapa Ipung. Seorang pemuda 25 tahun yang cerdas. Ia mampu menamatkan pendidikan strata satunya pada usia 20 tahun dan dapat meraih pendidikan magisternya pada jurusan sama di usia ke-22-nya. Saat ini Ipung menjadi dosen muda di Universitas tempatnya belajar sambil mengambil pendidikan doktoral, masih dalam bidang yang sama. Tapi agaknya, kesuksesan akademik Ipung tidak di dukung dengan kesuksesan asmaranya. Perjaka muda ini bahkan sampai saat ini tidak mengetahui nama sang rembulan pujaan hatinya, tidak berani menegur dan hanya bisa memperhatikan dari jauh. Padahal sang rembulan adalah mahasiswinya sendiri.

“Bagaimana Pak Dhe? Ada kemajuan soal nyonya meneer-mu?” goda Ishaq, teman satu kelasnya di strata satu, yang sekarang memiliki toko tekstil di dekat simpang lima. Ishaq duduk di samping Ipung, di ujung anak tangga lantai dua masjid Baiturrahman, menikmati pemandangan alun-alun kota Semarang. Matahari terik sekali, maka setelah jama’ah sholat jum’at Ipung tidak langsung kembali ke kampus, apalagi dia sedang tidak memiliki jadwal mengajar siang itu.
Ipung menggeleng tanpa kata.
“Namanya? Sudah dapat? Aku bantu kau cari tahu identitas lainnya,” tawa
... baca selengkapnya di Bukan Punguk Yang Merindukan Rembulan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

SMART SELLING TRAINING

SMART SELLING TRAINING
(Pelatihan Kecerdasan Menjual)

Terkendala oleh kondisi signal yang terperangkap di angkasa, entah jatuh ke mana dan entah pergi kemana, dengan sangat menyesal saya tidak bisa berperan serta dalam Kelas Hebat dari orang yang Hebat (Coach Zulfakar) untuk orang-orang yang hebat (peserta diskusi). Semoga saya juga termasuk calon orang hebat. Heheee,,,,

Materi smart selling adalah sebuah pelatihan yang mencerahkan, khusunya saya secara pribadi. Ada semacam ungkapan pencerahan bahwa dalam menjual ada hal-hal yang harus diperhatikan. Hubungan dan komunikasi personal adalah bagian dari sesuatu yang penting dalam hal ini. Begitu pun dengan gerak tubuh dan tatap wajah yang cerah, bergairah, dan penuh optimis merupakan hal lain yang harus kita perhatikan.

BOSSSS (berani, optimis, senyum, salam, sapa, dan sentuhan personal) adalah salah satu metode praktis dalam materi smart selling. Metode ini digagas oleh Coach Zulfakar , sebagai trainer handal dan hebat dalam Trainer OSB Corporation. Seseorang yang sudah sangat berpengalaman di bidangnya. Nah, dari Beliaulah saya mencoba untuk mengambil hikmah, manfaat, dan tata kelola penjualan sehingga mampu memberikan kebaikan untuk saya secara pribadi dan untuk orang-orang tercinta di sekitar saya.

1. Berani
Berani mengambil keputusan adalah salah satu bagian utama untuk sebuah harapan. Dalam hal ini adalah harapan untuk menjadi seorang seller yang baik. Yang memberikan manfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Berani mengambil keputusan artinya berani untuk mengambil resiko. Ada banyak keniscayaan setelah mengambil sebuah keputusan, tetapi hakikatnya tanpa adanya sebuah keputusan (baca: keberanian) tidak akan ada hasil yang dapat kita nikmati.

Berani mengambil keputusan adalah bagian dari kecerdasan personal. Ada keterampilan tertentu yang harus dijadikan sebagai karakter guna menjadi kebiasaan untuk tidak takut dalam mengambil sebuah keputusan. Berani menjadi bagian utama untuk meraih sebuah kesuksesan.

Berani bukan berarti harus bertindak gegabah. Karena tindakan gegabah adalah emosional keputusan tanpa adanya persiapan yang baik. Berani akan menjadi awal langkah untuk sebuah kesuksesan, sedangkan gegabah adalah sebuah kepastian kegagalan karena tindakan yang tidak cerdas.

Berani mengambil keputusan artinya sebuah ketetapan melalui suatu pemikiran. Rancang bangun sebelum mengambil keputusan telah dipastikan efeknya. Realitasnya keberanian adalah langkah awal positif untuk menghasilkan kesuksesan.

2. Optimis
Optimis adalah sebuah keyakinan akan sebuah harapan. Semacam kepastian dalam hal keputusan untuk melakukan hal terbaik di bagian penjualan. Selling adalah skill untuk mengajak seseorang tertarik kepada produk yang kita punya. Baik produk yang berupa materi atau jasa, akan menjadi prioritas untuk terus berupaya sukses.

Sehubungan optimis, betapa indahnya sebuah firman Allah swt dalam Surat Al-Inshirah;

“… karena. sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (QS 94: 5-6)

Keyakinan yang membuat hati kita optimis untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Harapan seakan begitu nyata hingga tidak ada sedikitpun sikap pesimis untuk membelenggu keinginan yang kita idamkan.

Sebuah penjualan yang sukses diperlukan sikap optimis. Sebuah sikap yang akan mengantar kita pada gerbang kesuksesan penjualan. Pikiran kita disetting untuk menjadi bagian dari ke-optimis-an. Dan bagian dari optimis adalah kesuksesan penjualan yang mengagumkan. Demikian, Insya Allah!

3. Senyum
"Senyum itu shadaqah," (al-Hadits) adalah karena di balik senyum itu sendiri terkandung hikmah yang besar, luar biasa. Hingga Rasulullah saw menyatakan bahwa 'hanya' dengan senyum yang tulus, itu berarti kita sudah bershadaqah. Shadaqah adalah sebuah pemberian (biasanya berupa materi) kepada orang lain, dengan tanpa pamrih, semata karena Allah swt.

Senyum yang didasari oleh keikhlasan, benar-benar keluar dari hati nurani yang paling dalam, tanpa paksaan, dan tidak ada pamrih di balik senyum itu, maka tabassam itu akan melahirkan pikiran positif, jiwa yang bersih, semata untuk membangun sebuah istana cinta di atas pondasi komunitas sosial.

Senyum itu sungguh suatu hal yang sangat sederhana. Tidak perlu menguras energi, tanpa biaya sepeser pun, tapi jika dilakukan dengan hati yang tulus, semata-mata untuk keridhaan Allah swt, senyum itu akan mengalirkan energi positif yang dahsyat. Hati kita menjadi damai, hidup terasa tenang, karena energi positif pancaran dari senyum terus meliputi setiap gerak dan langkah kita.

Dalam penjualan diperlukan bangun komunitas senyum yang tulus.

Sebuah bangun komunitas sosial, hubungan yang harmoni, serta tautan keakraban dalam kehidupan bisa didasari oleh hati yang lapang, perasaan yang menerima, dan senyum yang tulus. Keindahan dari senyum yang terpancar dari hati yang paling dalam, akan menjadi perekat keakraban, dan menjadi penyemangat dalam koridor persaudaraan. Dari sebuah gerak bibir yang ikhlas, akan lahir sebuah hubungan yang erat mengikat. Satu dalam kancah kehidupan untuk mendapat nikmat "Mardhatillah."

Melalui senyum kita dapat membangun istana cinta kepada Allah swt. Senyum kepada-Nya dengan cara melaksanakan segala perintahnya, dan menjauhi segala larangannya (takwa). Berserah diri kepada Allah swt, selalu 'taqarrub', mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan cara zikir, shalat sunah, menyambung tali shilaturrahmi, dan lain semacamnya. Senyum cinta kepada Allah swt, adalah manefes  untuk selalu berada dalam tatanan hukum-hukum-Nya.

Begitu juga senyum dapat dibangun di atas cinta kepada Rasulullah saw. Dengan cara meneladani, menjadi generasi peneguh iman untuk selalu dalam kaidah sabdanya. Maka, senyum kepada Rasulullah saw adalah menjadikannya tauladan. Hingga takaran senyum itu termaktub dalam etika kenabian.

"Sesungguhnya aku diutus (Allah swt) untuk menyempurnakan akhlak mulia."

Begitu luas dan sempurnanya aplikasi senyum, sehingga senyum itu sendiri memiliki cakupan kehidupan yang lebih banyak. Kita pun akan tetap berada dalam lingkup harmonis pergaulan, jika saja senyum keakraban itu terus menghiasi wajah dan hati kita. Senyum yang tulus itu indah. Dan senyum yang indah adalah ibadah. Maka, istana cinta pergaulan pun semakin kuat dan kokoh. Sukses penjualan juga dipengaruhi oleh senyum yang ikhlas. Insya Allah!

4. Salam
Setelah senyum yang tulus, keceriaan wajah yang memancar indah dari sebuah komunikasi efektif, kemudian dilanjutkan dengan salam. Secara Islami, salam adalah kalimat "Assalamu'alaikum Wr. Wb." ungkapan khas muslim untuk mendoakan rekan atau metra bisnisnya. Memberikan salam artinya mengharapkan sebuah kebaikan untuk hidup dan kehidupan. Maka, dalam salam ada terkandung doa, yaitu saling mendoakan antara yang satu dengan lainnya. Dalam hal ini, tanpa kita sadari akan memberikan efek ikatan batin yang berpengaruh besar untuk komunikasi selanjutnya. Tetapi perlu dipahami bahwa kalimat-kalimat doa yang kita ungkapkan harus tulus, keluar dari hati yang paling dalam. Ikhlas untuk membangun sebuah hubungan timbal balik, antara penjual dan pembeli.

Salam adalah sebuah harapan kebaikan, baik untuk diri kita sendiri ataupun untuk orang lain. Dan kalimat harapan tidak harus pakem salam ala muslim. Kalimat-kalimat baik yang lainnya dapat dijadikan ungkapan doa untuk semua orang. Tanpa kecuali, baik muslim atau pun nonmuslim. Mereka perlu tambahan hidayah, meskipun hanya dengan ungkapan doa.

Tidak sulit untuk membiasakan kebaikan ini. Pun tidak perlu menguras tenaga dan apalagi menguras duit, hanya diperlukan kebiasaan untuk ikhlas memberi harapan, doa, dan keinginan lainnya.

Mari kita biasakan saling mendoakan, saling memberi salam, dan saling memberi pertolongan, maka di luar sana Sang Maha Penerima doa akan memberikan cinta dan kasih kepada kita, tanpa kita sadari. Percayalah, salam adalah ungkapan doa yang menjabarkan hakikat sebuah ketulusan, dan pastinya cinta.

5. Sapa
Ah, betapa tidak semua orang mampu memberikan sapaan keakraban untuk menjaga hubungan dan komunikasi yang baik. Tidak semua orang diberi kemauan untuk saling bertegur. Sapa terkadang menjadi sesuatu yang begitu mahal. Sulit dan tidak bisa dijadikan ungkapan yang mencerahkan.

Padahal, sapa begitu ringan. Hanya diperlukan ketulusan hingga menjadikan hubungan yang harmonis. Mampu berkomunikasi efektif, bermula dari awal sebuah sapa. Ungkapan sapa yang indah akan memberikan efek positif dalam sebuah kesuksesan penjualan.

Bayangkan! Jika ada seorang penjual tidak punya skill sapa bagi pelanggannya. Cepat atau lambat hal tersebut akan menjadikan ia pailit. Terafkir dari dunia penjualan, dan menjadi seorang penjual yang gagal. So, seorang seller yang baik adalah seorang yang punya kecerdasan menyapa kepada pelanggannya. Baik menyapa secara face to face, ataupun melalui media komunikasi. Semua punya arti tersendiri, meskipun yang pertama lebih baik karena secara langsung terlibat dalam komunikasi verbal.

6. Sentuhan personal
Menurut Coach Zulfakar, salah satu bentuk sentuhan personal adalah dengan cara penawaran langsung kepada pelanggan. Bisa datang langsung ke rumahnya, BBM, WA, Telepon, dan lain sebagainya. Dengan keterampilan ini (sentuhan personal) ada semacam bentuk pengakuan untuk sebuah pembicaraan yang intensif. Dimungkinkan, akhir dari sentuhan personal ini akan lebih mengarah kepada sebuah kesuksesan penjualan.

Sentuhan personal lebih kepada kemampuan seseorang untuk lebih intens dalam kaidah penjualan. Hingga akhirnya, penjualan yang kita tawarkan mendapatkan respon positif, dan sukses menjual menjadi kebanggaan tersendiri.

Tentu masih ada sentuhan-sentuhan yang lain, baik yang melibatkan diri sebagai penjual atau sang pelanggan (juga calon pelanggan). Begitu juga dengan sentuhan produk atau jasa yang kita tawarkan. Sentuhan-sentuhan tertentu terhadap bagian-bagian dari sistem penjualan akan memberikan efek positif untuk kelangsungan efektif sebuah penjualan.

Akhirnya, saya mohon maaf kepada Coach Zulfakar jika dalam jabatan ini tidak sesuai dengan dimaksudkan. Hanya karena keterbatasan pemahaman saya, sehingga tergelincir dari koridor yang diinginkan. Dan pastinya, ini adalah opini personal yang kebenarannya begitu bias. Tegur sapa menjadi bagian dari sebuah penyempurnaan karya. Mari kita tetap semangat, berkarya! Insya Allah. Amin!

Wednesday, February 17, 2016

MOMENTUM WAKTU

Moment atau kesempatan untuk mengambil suatu hal yang baik  adalah bagian dari kecerdasan Anda. Momentum yang seharusnya Anda manfaatkan akan menjadikan Anda lebih berpeluang untuk sukses. Kesempatan bukan dengan cara ditunggu, tetapi dicari kemudian dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pemanfaatan ini yang akan menjadikan Anda berkesempatan menjadi cerdas atau sebaliknya.

Tidak sulit untuk menemukan momentum atau kesempatan. Begitu banyak waktu yang bisa Anda manfaatkan, baik waktu formal atau pun nonformal. Ketika Anda ngobrol dengan seorang guru misalnya, kesempatan tersebut adalah waktu yang sangat tepat untuk memanfaatkan kesempatan. Gunakan kesempatan itu untuk menimba ilmu. Menambah wawasan dan pengetahuan Anda dalam saat yang tidak formal. Kesempatan yang menjadikan peluang untuk menambah kecerdasan. Hingga waktu tidak terbuang percuma. Ada manfaat yang bisa Anda dapat, baik berupa pemahaman dan pengetahuan, atau pun hubungan sosial yang menambah tali keakraban. Ingat! Etika berkomunikasi dan bersosialisasi harus tetap Anda perhatikan.

Momentum itu bukan hanya pada saat Anda bertemu dengan guru. Bahkan dengan siapa pun yang dipandang Anda mampu memberikan nilai tambah kecerdasan dapat Anda manfaatkan. Teman, saudara, orang tua, bahkan orang yang tidak pernah Anda kenal sekalipun, tidak menutup kemungkinan untuk Anda dapatkan sesuatu yang bermanfaat dari mereka.

Melihat situasi dan kondisi sekitar, ataupun keadaan orang itu sendiri menjadi prioritas Anda. Jangan sampai terkesan mengganggu privasi seseorang. Sehingga Anda pun mendapat manfaat secara legal, dan tidak ada yang dirugikan.

Sebagai makhluk sosial, kita tidak akan lepas dari yang namanya interaksi. Suatu hubungan antar personal yang bisa membentuk tali silaturrahmi. Bentuk jalinan ini akan berdampak simbiosis mutualisme, jika kita mampu membangun hubungan yang harmonis. Sebentuk pergaulan yang saling memberi dan saling menerima. Take and give!

Begitu banyak kesempatan untuk berinteraksi dan memanfaatkan momen tersebut. Di stasiun, di bandara, di terminal, di pasar, di warung makan, di dalam pesawat, kereta api, bus, dan sebagainya, Anda dapat menjalin hubungan untuk mengambil manfaat dari hubungan tersebut. Sekadar berbicara, berkenalan, dan saling menanyakan kesehatan keluarga adalah sebuah interaksi yang menyatakan bahwa Anda seorang yang cerdas. Begitu mudah kan?

Jadi manfaatkanlah momentum Anda, maka kecerdasan Anda akan semakin membaik. Menuju ke puncak kesuksesan di dalam kehidupan ini. Menjadi sukses dalam hidup adalah harapan setiap personal. Bersikap dan bersifat sukses akan terus memacu semangat mengolah dan mengelola sukses hingga sampai pada garis finish. Tentu, kesuksesan bertemu Robb, Tuhan Yang Maha memberi sukses.