SANG PENAKLUK
Manuskrip alam, terhampar
Bergetar cakrawal, menembus samudra
Berjejer, dalam diam, tafakur
Tuhan, dalam pena cinta-Mu
Terlukis sirah langit, bumi melambai
Pada jejak tilas kami,
di puncak bukit berhulu mercusuar
Dalam sengal napas,
Berbaris kenangan, indah melandai
Bergurat tarian ilalang,
rumput pun melarung makna tak berkata
Nanar, mata kami melecut belati
Tajam, menghantar rindu
di altar surga-Mu
di telaga ampunan-Mu
Derit pucu-pucuk pering
menghantar gugusan asa
melipat kenangan guratan abadi
PGM, 02032014
***
Minggu, 2 Maret
2014, jam 07.00 kami para pendaki sudah bersiap-siap untuk sebuah perambahan.
Bagiku, ini adalah untuk yang kedua kali. Kali pertama, hari Rabu kemaren, aku
gagal dalam pendakian. Karena terkendala oleh fisik yang tidak mumpuni. Kali
ini, tekatku menggebu, semangat melecut karena anak-anakku terus memberikan
motivasi. "Semoga tidak gagal lagi," doaku dalam hati.
Bekal sudah kami
persiapkan. Meski hanya berupa nasi bungkus, sesampainya di puncak akan menjadi
menu yang istimewa dan akan sangat berarti. "Nasi bungkus akan menjadi
menu Nasi Padang sesampainya di puncak gunung," begitu, seperti yang
diutarakan oleh Pak Sulaiman Fajar, sebelum bertolak.
Seperti biasa,
kami berangkat menggunakan motor. Sesampainya di kaki gunung, kami pun berdoa.
"Semoga dalam pendakian kali ini tidak mendapatkan rintangan yang
berarti," kata Kak Maru'ei sesaat dalam doa sebelum pendakian dimulai.
Dengan semangat
yang berkobar, kami pun berangkat. Kami terbagi dalam dua kelompok. Kelompok 'marjin', aku, Pak Erwan, dan Pak Satimin
(yang terakhir, berjaga-jaga jika aku mengalami kolap, heheee...). Kelompok
lainnya, grup jagoan, Kak Maru'ei, Pak M. Rafik, Pak Sulaiman, Pak Mulyadi, dan
kelompok anak-anak, siswa-siswi, merekalah semua 'sang penakluk' itu.
Sekitar jam 07.45,
tanpa disengaja kami bertemu di tengah perjalanan. Kami sudah terlihat lelah.
Terutama peserta baru. Sementara, anak-anak tetap tegar, dengan semangat yang
teguh bugar. Seperti tidak terkendala oleh terjalnya bukit.
Aku sendiri sudah
lelah. Tetapi masih kuat untuk terus sampai di puncak. Meski dengan sisa-sisa
tenaga yang sudah menipis. Dengan dibantu oleh anak-anak, kami terus merambat.
Aku menggunakan tongkat yang aku ambil begitu saja di pinggir jalan.
Jam 08.08, kami
seluruh rombongan sudah sampai di puncak. Kami pun foto-foto. Mengabadikan
seluruh kenangan yang tidak mungkin kami lupakan. Meski dengan tenaga yang
sudah terkuras, kami merasa senang, puas, karena dapat menaklukkan gunung
tertinggi di Pulau Masalembu.
"Alhamdulillah," aku bersyukur
karena mampu menaklukkan gunung ini. Tekatku tercapai, inginku keturutan,
kuinjak-injak gunung ini dengan gagahnya. "Akulah, sang penakluk!"
(Hee,...padahal napasku udah tinggal satu, dua. Hesss...).
"Oh, indahnya
alam ciptaan Tuhan!" Aku berseru lantang. Memandang ke sekitar.
Sekeliling, pemandangan bagitu indah. Panorama laut dan pantai, luas
menghampar. Pohon-pohon menghijau, rumah-rumah penduduk terlihat kecil, mungil.
Langit cerah, membentang, biru laut pun menyapa.
"Selamat
datang di puncak Mahaindah, kreasi Sang Maha, dari segala Maha!"
Sebagai
pelampiasan, atas kegembiraan yang tertuang, aku memanjat tower. Cagak lampu mercusuar yang berdiri kokoh di atas gunung.
Perlahan tapi pasti, kujejaki setiap anak tangga yang ada. Inilah dia, panorama
seantero Masalembu dapat kupandangi. Keindahan yang tiada tara. Pesona laut
biru, dan derai cantik buih di pantai. Jembatan Proyek dan Masalima, meliuk
bagai Anakonda raksasa. "Kreasi
Tuhan sungguh melaksa pesona," aku bergumam, sendiri di puncak ketinggian
tower yang paling tinggi. "Hahaa,...kali ini aku menang!"
Guys,
kami para guru, selain Pak Maru'ei dan Pak Satimin, jam 10.30 sudah kembali di
sekolah. Pendaki pemula, tidak mampu untuk menyaingi mereka-mereka yang sudah
kenyang dengan pendakian. Anak-anakku yang aku banggakan, sebenar-benarnya sang
penakluk, yang dengan semangat menyala, bercita-cita untuk menundukkan Gunung
Arjuno, Malang, Jawa Timur.
Sementara,
kelompok pendaki yang tangguh (Pak Satimin, Kak Maru'ei, Leo, Roby, Mbul,
Iyung, Elfrizq, Ude, Rita, Qila, dan I'ik), meneruskan pendakian dan perambahan
tebing. Medan yang curam, atau pun tanah yang terjal. Mereka terus dalam
pembinaan lahir dan batin.
Rébus dan rimbunnya duri bukan sebuah penghalang. Mereka menyusuri léké, merambah semak, menuruni curam,
dan menapaki tebing yang terjal. Dengan peralatan seadanya, atau pun bahkan
dengan tanpa alat apa pun, mereka terus mencoba menaklukkan bukit dari berbagai
sisi. Sebuah keberanian yang luar biasa, terlatih untuk sebuah asa.
"Menaklukkan Gunung Arjuno"
Sumenep, 2 Maret 2014
Para pendaki kali
ini:
Guru:
M. Rafik, Molyadi,
Sulaiman Fajar, Erwan PW, Maru'ei, Satimin, dan El-ruzd Ibnu Umar.
Siswa:
Leonardo IS, Roby
HM, Hasbullah, Khairul Anam, Frizqi L., Nurul K., Zaqila, dan Ega Desty, serta
Rio Rita.
No comments:
Post a Comment