Wednesday, March 5, 2014

SANG PENAKLUK



SANG PENAKLUK



Manuskrip alam, terhampar
Bergetar cakrawal, menembus samudra

Berjejer, dalam diam, tafakur
Tuhan, dalam pena cinta-Mu
Terlukis sirah langit, bumi melambai
Pada jejak tilas kami,
di puncak bukit berhulu mercusuar

Dalam sengal napas,
Berbaris kenangan, indah melandai
Bergurat tarian ilalang,
rumput pun melarung makna tak berkata

Nanar, mata kami melecut belati
Tajam, menghantar rindu
di altar surga-Mu
di telaga ampunan-Mu

Derit pucu-pucuk pering
menghantar gugusan asa
melipat kenangan guratan abadi

PGM, 02032014
***

Minggu, 2 Maret 2014, jam 07.00 kami para pendaki sudah bersiap-siap untuk sebuah perambahan. Bagiku, ini adalah untuk yang kedua kali. Kali pertama, hari Rabu kemaren, aku gagal dalam pendakian. Karena terkendala oleh fisik yang tidak mumpuni. Kali ini, tekatku menggebu, semangat melecut karena anak-anakku terus memberikan motivasi. "Semoga tidak gagal lagi," doaku dalam hati.




Bekal sudah kami persiapkan. Meski hanya berupa nasi bungkus, sesampainya di puncak akan menjadi menu yang istimewa dan akan sangat berarti. "Nasi bungkus akan menjadi menu Nasi Padang sesampainya di puncak gunung," begitu, seperti yang diutarakan oleh Pak Sulaiman Fajar, sebelum bertolak.

Seperti biasa, kami berangkat menggunakan motor. Sesampainya di kaki gunung, kami pun berdoa. "Semoga dalam pendakian kali ini tidak mendapatkan rintangan yang berarti," kata Kak Maru'ei sesaat dalam doa sebelum pendakian dimulai.

Dengan semangat yang berkobar, kami pun berangkat. Kami terbagi dalam dua kelompok. Kelompok 'marjin', aku, Pak Erwan, dan Pak Satimin (yang terakhir, berjaga-jaga jika aku mengalami kolap, heheee...). Kelompok lainnya, grup jagoan, Kak Maru'ei, Pak M. Rafik, Pak Sulaiman, Pak Mulyadi, dan kelompok anak-anak, siswa-siswi, merekalah semua 'sang penakluk' itu.


Sekitar jam 07.45, tanpa disengaja kami bertemu di tengah perjalanan. Kami sudah terlihat lelah. Terutama peserta baru. Sementara, anak-anak tetap tegar, dengan semangat yang teguh bugar. Seperti tidak terkendala oleh terjalnya bukit.

Aku sendiri sudah lelah. Tetapi masih kuat untuk terus sampai di puncak. Meski dengan sisa-sisa tenaga yang sudah menipis. Dengan dibantu oleh anak-anak, kami terus merambat. Aku menggunakan tongkat yang aku ambil begitu saja di pinggir jalan.

Jam 08.08, kami seluruh rombongan sudah sampai di puncak. Kami pun foto-foto. Mengabadikan seluruh kenangan yang tidak mungkin kami lupakan. Meski dengan tenaga yang sudah terkuras, kami merasa senang, puas, karena dapat menaklukkan gunung tertinggi di Pulau Masalembu.

"Alhamdulillah," aku bersyukur karena mampu menaklukkan gunung ini. Tekatku tercapai, inginku keturutan, kuinjak-injak gunung ini dengan gagahnya. "Akulah, sang penakluk!" (Hee,...padahal napasku udah tinggal satu, dua. Hesss...).



"Oh, indahnya alam ciptaan Tuhan!" Aku berseru lantang. Memandang ke sekitar. Sekeliling, pemandangan bagitu indah. Panorama laut dan pantai, luas menghampar. Pohon-pohon menghijau, rumah-rumah penduduk terlihat kecil, mungil. Langit cerah, membentang, biru laut pun menyapa.

"Selamat datang di puncak Mahaindah, kreasi Sang Maha, dari segala Maha!"

Sebagai pelampiasan, atas kegembiraan yang tertuang, aku memanjat tower. Cagak lampu mercusuar yang berdiri kokoh di atas gunung. Perlahan tapi pasti, kujejaki setiap anak tangga yang ada. Inilah dia, panorama seantero Masalembu dapat kupandangi. Keindahan yang tiada tara. Pesona laut biru, dan derai cantik buih di pantai. Jembatan Proyek dan Masalima, meliuk bagai Anakonda raksasa. "Kreasi Tuhan sungguh melaksa pesona," aku bergumam, sendiri di puncak ketinggian tower yang paling tinggi. "Hahaa,...kali ini aku menang!"

Guys, kami para guru, selain Pak Maru'ei dan Pak Satimin, jam 10.30 sudah kembali di sekolah. Pendaki pemula, tidak mampu untuk menyaingi mereka-mereka yang sudah kenyang dengan pendakian. Anak-anakku yang aku banggakan, sebenar-benarnya sang penakluk, yang dengan semangat menyala, bercita-cita untuk menundukkan Gunung Arjuno, Malang, Jawa Timur.

Sementara, kelompok pendaki yang tangguh (Pak Satimin, Kak Maru'ei, Leo, Roby, Mbul, Iyung, Elfrizq, Ude, Rita, Qila, dan I'ik), meneruskan pendakian dan perambahan tebing. Medan yang curam, atau pun tanah yang terjal. Mereka terus dalam pembinaan lahir dan batin.

Rébus dan rimbunnya duri bukan sebuah penghalang. Mereka menyusuri léké, merambah semak, menuruni curam, dan menapaki tebing yang terjal. Dengan peralatan seadanya, atau pun bahkan dengan tanpa alat apa pun, mereka terus mencoba menaklukkan bukit dari berbagai sisi. Sebuah keberanian yang luar biasa, terlatih untuk sebuah asa. "Menaklukkan Gunung Arjuno"

Sumenep, 2 Maret 2014

Para pendaki kali ini:
Guru:
M. Rafik, Molyadi, Sulaiman Fajar, Erwan PW, Maru'ei, Satimin, dan El-ruzd Ibnu Umar.

Siswa:
Leonardo IS, Roby HM, Hasbullah, Khairul Anam, Frizqi L., Nurul K., Zaqila, dan Ega Desty, serta Rio Rita.

No comments:

Post a Comment