FABIAYYI AALAAIROBBIKUMA TUKADZDZIBAN
(Nikmat Tuhan yang manakah yang
Kaudustakan?)
(QS: ARROHMAN)
Maka, nikmat Tuhan manakah yang kaudustakan?
Aku harus
bersyukur. Itulah kalimat yang terbayang di benakku saat ini. Semalam, tepatnya
Sabtu, 8 Februari 2014, anakku yang sulung, saat ini duduk di kelas 5 Sekolah
Dasar (MIN Kolor Sumenep), sedang melaksanakan Khatmil Quran.
Tentu saja menjadi
kebanggaan tersendiri bagiku, sebagai orang tua, ayah dari Fathira Varach
Kamila, nama lengkap anakku. Semoga prestasi baca alquran ini, dapat memberi
semangat untuk kehidupan yang lebih baik. Menjadi anak shalihah, yang akan
menyemai doa-doa untuk kedua orang tuanya kelak di kemudian hari.
Tiara, ---nama
panggilan anakku--- sejak kecil sudah kelihatan keseriusannya dalam belajar
membaca alquran. Sejak duduk di kelas 1, ia sudah diikutkan dalam kompetisi
'tartil quran'. Meski saat itu ia belum mendapat juara. Dan bukan hanya dalam
baca alquran, di bidang yang lain pun ia juga punya bakat.
Ketika duduk di TK
(TK Darussalam), Tiara pernah ikut lomba mewarnai. Dan pada saat itu ia
mendapat juara 1. Ada kisah menarik dalam lomba ini. Sedianya, Tiara tidak
diikutkan (tidak ditunjuk) oleh sekolah untuk ikut lomba. Namun, karena arena
lomba di dekat rumah, maka aku menghubungi panitia untuk diikutsetakan sebagai
sebuah pengalaman. Panitia setuju, asal ada fotocopy akta lahir. Aku mencoba
mencarinya. Tetapi akta lahir tiara tidak ditemukan. Hanya foyocopy KK yang
ada. Di sana juga ada tanggal lahir Tiara. Syukulah, panitia menyetujuinya.
Lomba pun dimulai.
Tentang corat-coret mewarnai, Tiara sudah biasa. Sejak balita, Pak Denya
--Ahmad Basofi-- sudah sering mengajarinya. Jadi, Tiara santai mengikuti lomba
mewarnai tersebut.
Alhamdulillah,
setelah pengumuman, ternyata Tiara dapat juara 1. Maka nikmat Tuhan manakah yang Kaudustakan? Ini adalah nikmat Allah
yang harus aku syukuri, bukan aku dustai.
Kembali kepada
Khatmil Quran, Tiara adalah perserta termuda. Umurnya belum genap 10 tahun.
Sebelum acara Takhtimul Quran, telah dilaksanakan beberapa lomba dalam rangka
memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam beberapa lomba Tiara mendapatkan:
1. Juara 1 lomba
Tartil Quran
2. Juara 1 lomba
menghafal surah-surah pendek
3. Juara 2 lomba
iqamah
4. Juara 2 lomba
baca ayat dan hadits beserta artinya
Dalam lomba kali
ini, Tiara mendapatkan banyak hadiah. Ada buku (10 buah), rukuh, dan jilbab.
Tentu saja, sebagai ayah, aku merasa senang dengan prestasi anaknya. Namun
demikian, masih panjang perjalanan ke depan untuk terus diasah guna mendapatkan
kebahagiaan hidup, di dunia dan akhirat.
Pada saat Tiara
duduk di kelas 4 (MIN Kolor Sumenep), ia dan beberapa temannya yang lain
dipercaya untuk mewakili Kab. Sumenep untuk mengikuti ajang lomba paduan suara.
Setelah dinyatakan sebagai peserta terbaik di tangkat kabupaten, maka Tiara dan
kawan-kawannya diberangkatkan menuju Kota Blitar (tempat terselenggaranya
lomba) di tingkat provinsi. Meski di tingkat ini Tiara dkk, tidak mendapat
juara, namun telah memberikan kesan tersendiri, sebagai wakil terbaik di
tingkat kabupaten.
Hal yang harus aku
syukuri, ---di luar anakku sebagai duta paduan suara---, Tiara mendapat
pesangon (uang) dari Departemen Agama (Depag). Sepulang dari lomba, kedua
adiknya (Farhan Zacky Rusydiansyah dan Ravach Rusydan Aulia) dibelikan
oleh-oleh berupa baju bertuliskan Blitar. Rasa sayang dan cinta terhadap adik,
diungkapkan lewat oleh-oleh dari hasil keringatnya sendiri.
Maka nikmat Tuhan mamakah yang kaudustakan?
Jika musibah
adalah sebagai ujian, maka nikmat pun tidak berbeda. Kebahagiaan karena adanya
suatu nikmat juga sebagai koridor uji coba, sejauh mana seseorang menyikapi
kebahagiaan, dan bersikap bijak untuk sebuah kesenangan. Tanpa harus bersikap
sombong, congkak, tinggi hati, merasa hebat, dan sikap arogansi lainnya.
"Ya Allah,
aku berharap cintamu di setiap bahagia dan sengsara yang Engkau ujicobakan
terhadapku dan keluargaku."
Sumenep, 9 Februari 2014
No comments:
Post a Comment