Wednesday, February 12, 2014

FINALLY, THE LOVE COMES TO ME



FINALLY, THE LOVE COMES TO ME



Tidak seharusnya saya apatis terhadap jodoh. Karena sesungguhnya, jodoh itu rencana Tuhan. Allah telah menggariskan, kapan jodohku datang dan menjadi pendamping hidup dalam setiap sisi kehidupan. Aku kadang masih terus menyalahkan takdir. Jika sampai saat ini, aku masih melajang. Padahal, segala macam ikhtiar telah aku lakukan.



“Itu sudah takdirmu, Di!”

“Tidak. I don’t like the takdir.”

“Don’t speak like that!”

“Why not?”

“Tidak kenapa-napa juga. Tapi ada hikmah di balik all the problems.”

“Hikmah apa? Until now I’m still a lone? Umurku sudah berapa? Apa aku harus jadi bujang lapuk? Huhh......”



Seringkali, dalam kesendirianku aku mengeluh. Memungkiri nikmat Tuhan yang telah banyak Dia berikan. Aku dalam galau. Berada dalam keadaan perih yang berkepanjangan. Aku ingin segera medapatkan pendamping. Ingin segera memiliki momongan. Aku ingin segera menikmati kehidupan berumah tangga. Rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.



Banyak cara sudah yang aku lakukan. Baik mendatangi teman-teman sebaya. Mendatangi guru-guru yang sekiranya bisa membantu. Mendatangi banyak kiayi yang mempunyai pesantren. Di dalamnya banyak santriwati yang mungkin bisa aku jadikan teman dalam suka maupun duka. Tetapi, semua itu sia-sia. Tidak ada yang bisa mempertemukan antara aku dan jodohku. Pikiranku semakin runyam, tidak karuan. I’m anxious.



“Makanya, kalau cari jodoh jangan terlalu pilih-pilih!”

“Yang pilih-pilih siapa?”

“Ya kamu lah. Buktinya, sudah mendekati kepala tiga you still don’t find your love.”

“Padahal aku sudah pasrah. Yang penting,  dia mau menerima aku apa adanya.”

“Tidak usah terlalu dirisaukan!”

“Tapi kenyataan the love is not coming yet.”



Kembali aku teringat masa-masa yang lalu. Saat aku berkenalan dengan seseorang. Ia begitu cantik, keibuan. Sungguh I do love her, and she loves me. Pesona anggun jiwanya, menjawab segala tanya dalam diriku. Dia (sekarang mantan tunangan), sebentuk kharisma yang menjelma di ruang hatiku yang paling dalam.



Tetapi Tuhan belum menjawab doaku. Tanpa adanya sebab yang pasti, aku dan dia sepakat untuk berpisah. Berpisah dalam keindahan suasana. Karena, aku, dia, dan kedua orang tua masing-masing sama-sama menyadari bahwa jodoh belum saatnya. Dan cinta tidak harus saling memiliki. We love each other but we can’t have each aother.



Dan waktu pun terus berlalu. Hari-hariku masih dalam kesendirian. Aku terus saja dalam kesah. Dalam rindu kepada harimku. Entah ada dimana? Dalam keputus-asaan aku masih teringat Tuhan. Meski kadang aku menyalahkannya. Hanya sebatas resah karena si dia tak kunjung datang. Tidak lebih. Dan tidak keterlaluan.



Pada tanggal 22 Desember 2000, the answer comes. Aku melangsungkan pernikahan dengan gadisku. Tanpa diawali pacaran. Dan perkenalan pun begitu singkat. Pastinya, Tuhan telah menjawab segalanya. The love comes to me. Dan bukti dari cinta itu, kami telah diwarisi gadis kecil yang lincah, cerdas, imut, periang, dan beragam indah di dalamnya.



Tuhan, terima kasih atas karunia ini. Maafkan aku yang berpikir salah kepada-Mu. Karena kebodohanku. Karena ketidak-tauanku. One more, pardon me my God. I’ll always meet you on the night. Give me the power.

No comments:

Post a Comment