Sumber gambar: http://completeyourbridge.org/Articles/GPM5%20Karma%20Buster/GPM5_KarmaBuster.htm |
Sebenarnya, Rafli adalah anak yang rajin.
Anak yang pintar dan cerdas juga. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu ia
kerjakan dengan baik. Dan nilainya pun selalu baik.
Begitulah! Terkadang dalam diri seseorang
ada suatu hal yang baik, di samping hal yang kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Ada yang pintar dengan segudang prestasi, tapi ia orang
miskin. Ada juga yang kaya raya, tapi ia nakal dan memanfaatkan kekayaannya
untuk hal-hal yang negatif. Ada juga yang tekun belajar dan rajin, tapi otaknya
udang. Dan,...masih banyak yang lainnya.
Berbeda dengan Rafli. Ia anak yang cerdas,
rajin, semangat, dan berprestasi di bidang akademik. Satu hal yang jelek, yang
ada pada karakter Rafli adalah telat, terlambat. Bukan lemot; lemah otak,
telmi; telat mikir, lola; loding lama, atau lekir; lemah mikir. Juga buka oda;
otak udang. Tetapi, pastinya ia selalu datang terlambat dalam setiap ada acara
di sekolahnya.
Entahlah! Tidak ada yang tahu pasti,
mengapa Rafli sering datang terlambat. Dan anehnya, ia hanya 'diam' kalau
ditanya, mengapa datang terlambat.
"Terlambat masih lebih baik daripada
tidak sama sekali," suatu waktu Rafli berargument. Tris yang ada di
sampingnya tertawa rendah.
"Emangnya Kau gak pernah merasa
bosannya menunggu?"
"Gak kok!"
"Tapi, pernahkah Kau menunggu? Atau
jangan-jangan selama ini hanya menjadi objek yang ditunggu?"
"Hem,..."
***
Begitulah kebiasaan Rafli. Ia tidak pernah
berpikir bahwa kebiasaannya tidak baik. Dan bahkan bisa menyebabkan suatu hal
yang bernilai negatif.
Dan akhirnya, karma itu satu persatu
menghampirinya.
"Sudah berapa lama aku menunggu?"
Ketus, Giska marah pada Rafli.
"Aku gak sengaja, Ka!"
"Tidak sengaja katamu? Setelah aku
berkali-kali diperlakukan begini?"
"Maafkan aku, Ka!"
"Tidak! Saat ini juga kita
putus!"
Giska, pacar Rafli sudah ada di puncak
kesabaran. Ia tidak betah berpacaran dengan Rafli. Keterlambatannya, sering
membuatnya menderita. Putus, adalah jalan yang terbaik baginya.
Rafli termangu. Ia tidak percaya dengan apa
yang terjadi dalam cintanya. Ia ingin berubah. Ia tidak ingin hal lain yang
terburuk terjadi padanya.
Tetapi, betapa sulitnya merubah kebiasaan.
Telat dan terlambat masih selalu menyertainya. Meski ia berusaha untuk
merubahnya. Kebiasaan itu begitu menyiksa.
"Bis sudah mo berangkat," sms
Deri pada Rafli, dalam suatu acara sekolah. Rafli terperanjat. Ia terkejut.
Masih belum mandi, belum bersiap-siap. Dengan tergesa-gesa ia mempersiapkan
diri. Tapi, apa yang terjadi? Rombongan persahabatan sepak bola itu pun
berangkat. Dan Rafli hanya bisa gigit jari. Esoknya, ia jadi tumpuhan kekesalan
teman-temannya.
Bukan hanya itu. Rafli masih terus dalam
kebiasaan telat dalam aktivitas kesehariannya.
Hingga pada suatu waktu, di sekolah
diadakan acara pentas seni. Besok adalah rapat kegiatan tersebut. Bapak pembina
OSIS, Bapak Fajar, mengultimatum para pengurus OSIS, bahwa besok jam 07.00
sudah harus berkumpul.
"Besok jam 07.00 sudah harus hadir di
aula sekolah," begitu Pak Fajar
mengatakan saat itu.
"Harus disanksi Pak, bagi yang
terlambat," Udin ketua OSIS mengusulkan.
"Benar! Bagi yang terlambat, akan
dihukum gantung,... di Munas!" Pak Fajar berkata sambil tersenyum, tapi
tetap serius. Semuanya menoleh ke arah Rafli. Ia hanya nenunduk.
Bagaimana
pada akhirnya? Apakah Rafli tidak terlambat? Kita tunggu besok di
sekolah. Atau jangan-jangan Rafli akan menjadi yang kedua digantung di Munas.
Kita lihat aja! Besok!
Sumenep, 15012013
No comments:
Post a Comment