Get Stories: http://mawarberduri99.blogspot.com

Monday, March 10, 2014

Immers, I miss you!

Immers, I miss you!
Direktur (mantan) dengan Kelas Imersi angkatan 2
Ternyata, kelas Imersi (unggulan) menyisakan kenangan tersendiri dalam benak dan pikiran saya. Beberapa waktu yang lalu, sekitar 6 bulan dari sekarang, saya masih disibukkan dengan klas unggulan, kelas imersi, di SMP Negeri 1 Masalembu. Kelas ini telah banyak memberikan kenangan. Memoria yang tidak bisa begitu saja saya lupakan. Sungguh, saya mencintainya, dan saya merindukannya.
Kelas ini telah meruntuhkan seluruh persendian cinta saya. Luruh di beranda rindu yang teramat dalam. Masih jelas terngiang di pendengaran saya, celoteh ‘cas-cis-cus’, anak-anak kami di taman sekolah. Berbahasa Inggris, berkomunikasi aktif sebagai bentuk realisasi dari teori bahasa yang mereka pelajari. Canda mereka, tawa mereka. Serta senyum tulus dari anak-anak saya yang begitu alami. Di antara suasana ‘nginggris’ yang begitu kental. Tetapi, itu semua tinggal kenangan. Lesap, terhapus oleh egoisme personal, atau tergenjet oleh lakon peraturan yang nyata-nyata tidak teratur.
Kelas Bahasa Inggris

Foto bersama setelah sesi class practice
Biasanya, pagi-pagi sekali sebelum masuk kelas, kelas Imersi melaksanakan shalat Dhuha. Shalat sunah ini dibiasakan sebagai model pencerahan Ilahiyah, terhadap anak didik yang telah berusaha untuk berbuat yang lebih baik. Sebagai model sekaligus modal untuk senantiasa dekat dengan sang Khalik. Juga, sebagai sumbangsih spiritualisme terhadap kedua orang tua yang mencari rizki untuk kelangsungan pendidikan mereka, kehidupan mereka di masa yang akan datang. Bahkan, shalat Dzuhur berjamaah pun dilakukan di mushalla SMPN 1 Masalembu. Sehingga, kondisi ruang ibadah ini terjaga, bersih (karena dibentuk piket kebersihan), dan penuh dengan nuansa religi.
Di RRI utusan kelas imersi untuk Smart Contest (Novi, Liza, dan Ida)
Lebih dari itu, Bapak Hubaidi, S. Pd. MM, direktur Kelas Imersi selalu memantau anak-anak ‘khusus’ ini untuk selalu qiyamul lail. Berjaga di seperempat malam. Dengan SMS yang tentu saja memberikan nilai lebih untuk sebuah dasar pemaknaan akan kehidupan bergama. Bentuk perhatian yang sangat toleran ini, memberikan bekas yang begitu mendalam di hati masing-masing siswa. Dan mereka, dengan suka rela melaksanakan realitas makna ayat: Waminallaili fatahajjad bihi nafilatan lak. ‘Asa an yab’atsaka Rabbuka maqaman mahmuda. (Dan sebagian malam maka hendaknya kamu melaksanakan shalat tahajjud. Semoga Tuhanmu akan mengangkat derajatmu ke tingkat yang lebih tinggi). Al-quran.

Tetapi, saat ini, mushalla itu lengang. Kotor, dan serasa tidak terurus. Menangis di antara keliaran anak-anak yang hanya lewat di sampingnya. Entahlah! Mungkin tidak harus disamakan dengan kandang kambing. Karena, sewaktu-waktu, mushalla ini masih bisa digunakan untuk sesuatu yang berkenaan dengan hari-hari besar Agama.
Tentu, yang paling diuntungkan adalah Imersi angkatan pertama. Karena mereka, selama 3 tahun di SMP, mengikuti secara tuntas program Imersi. Mereka kini telah pergi. Pergi untuk menggapai cita-cinta yang mereka inginkan. Mereka tersebar di seantero ujung alam. Menekuri beragam kegiatan, yang tentu saja masih terus bergelut dengan dunia pendidikan.
Ah, sungguh! Saya rindu dengan celoteh mereka. Saya rindu dengan cuap-cuap Bahasa Inggrisnya. Saya rindu dengan shalat jamaahnya. Dalam irama kebersamaan, mereka khusyuk, bersujud kepada Yang Maha Esa. Menyatukan pola pikir dan dzikir. Sebuah pemaknaan hidup yangh tidak semata-mata mengedepankan logika. Tetapi, makan ritualitas yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Anakku! Rindu Bapak kepadamu, adalah rindu yang terus menggebu. Menghantam dinding hati yang kemaruk dengan celoteh ‘nakal’ pikir dan dzikirmu!”
Kelas Imersi kini tinggal kenangan. Sudah habis, lenyap. Tersebab oleh peraturan (yang mungkin sangat tidak teratur?). Padahal, Imersi ada tidak diikat oleh sebuah aturan yang absolut. Tetapi, terlahir dari sebuah pemikiran untuk menjaring siswa-siswi yang berkompeten di dalam sebuah pendidikan plus. Nyatanya, di akhir babak lakon drama kehidupan Imersi, sungguh, tragis, dan miris. Subhanallah!
Bagaimana pun, telah diupaya-dayakan sebuah keinginan untuk melahirkan generasi ‘kuat, gawat’. Jika pada akhirnya terbersit nilai-nilai ‘negatif’, itu bagian dari skenario alam, yang seharusnya tetap diupaya-dayakan, dan dieksiskan untuk menggapai nilai yang lebih baik.
Akhirnya, saya mngucapkan selamat jalan kepada semua siswa-siswi kelas Imersi angkatan pertama. Di pundak kalian generasi gemilang selalu menanti. Bapak hanya bisa berharap, semoga kalian semua, dapat mencapai apa yang kalian harapkan. Jangan lupa, doakan Bapak dalam setiap sujud malammu!
Dan, kepada generasi Imersi angkatan berikutnya, maafkan Bapak! Bapak tidak bermaksud untuk mengkebiri dalam marjinalitas pendidikan kalian. Namun, jalan takdir telah menggariskan titian kehidupan pendidikan yang kita hadapi. Semoga kamu sekalian tidak tergerus oleh zaman kealpaan dan kepalsuan. Bapak titipkan, generasi pendidikan yang kian berkibar di seantero negeri! Sungguh! Bapak cinta kalian semua! Immers, I Love You!

Sumenep, 10 Maret 2014
Nama-nama siswa/siswi kelas Imersi angkatan pertama:
||ACHMAD ROME CHOLIL||DANIEL ILAHI ROBY||EDY FAERUS||FAUZI ALI IQBAL||FEBRI JAFRIYA FINURI||FERA MAULIDINA WIDANTI||HASNIS SIBLI||IDA KHUSMAWATI||ILHAM JAYA KUSUMA||IZZA RIZAL MAULANA||LAILATUZ ZAHROH||MIA RETNOSARI AGUSTINA||MOHAMMAD HABIBULLA||MURNIYATI||NOVIA ALBANIA|| NURUL INAYAH|| NURUL PUJIATI ARDI||RANA MUSZAELA||REZA AR RAODATUL YULANDA||SHONIA AGUSTINA||SITI NURHALIZA||USSISA ALATTAQWA||USWATUN HASANAH||ZAHRATUL UMAMAH||ZIHAN YULANDIA HAND'S||

No comments:

Post a Comment