Get Stories: http://mawarberduri99.blogspot.com

Sunday, January 25, 2015

HATI SUCI TAK ADA BENCI



Tadi malam, Selasa malam, 20 Januari 2015 atau tepatnya 29 Robiul Awal 1436 H, saya sempat menghadiri pengajian umum terkait 'maulid Nabi Muhammad saw'. Dalam acara ini diisi dengan ceramah agama oleh KH. D. Zawawi Imron.

Beberapa model oleh-oleh dari ceramah Beliau, membuat saya kembali merenung ke hulu kehidupan saya. Hal mana, sering kali saya dengar bahasa-bahasa ibu yang terdengar ingklusif, aneh, tapi lebih pada titik berat gaya yang indah.

DANG GADANG
Pada kosa bahasa ini, K. Zawawi menjelaskan tentang seseorang (pemuda) yang tidak punya misi kerja. Aktifitasnya nonsense, tidak ada sama sekali. Malas, serta tidak ada visi ke depannya. Dalam bahasa Beliau, 'ka bara' ka temor tada' lakona, nampa cangkem agellu' to'ot'. Persis seperti 'dang gadang', kata K. Zawawi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Madura (KBBM), ada?, dijelaskan bahwa dang gadang adalah orang-orangan, biasanya seram, untuk menakut-nakuti orang lain. Mungkin, orang-orangan sawah termasuk dalam 'dang gadang' ini.

Dalam pemahaman saya, saat saya masih kecil, sering juga disebut 'dang gadang' oleh orang tetua, jika saya melakukan kejahatan (baca: kekerasan) kepada teman lain. Menilik makna (bebas) ini, maka 'dang gadang' juga bisa diartikan 'penjahat'. Heee, tapi entahlah,,,

DALMUS
Kosa bahasa ini asli dari Bahasa Madura. Persis seperti yang saya ungkapkan di atas. Dalmus diungkapkan kepada orang yang malas. Dalam ungkap bahasa lain, juga disebut 'males'. Seorang anak yang jarang ngaji, sekolah, dan atau tidak suka bekerja membantu orang tua adalah masuk dalam kategori 'dalmus'.

Kata dalmus lebih 'tinggi' daripada males. Artinya, seseorang yang malesnya minta ampun, baru masuk dalam kaidah dalmus. Malas di atas malas, 'lampot' di atas 'lampot' tertuang juluk 'dalmus'. Semoga kita terhindar dari kondisi ini.

ABANTAL OMBA' ASAPO' ANGIN
Berdasar lirik lagu 'Tondu' Majang', kita akan diingatkan dengan pribahasa 'abantal omba' asapo' angin'. Sebuah olah kata atau pribahasa yang ditujukan pada para nelayan. Bekerja keras untuk sesuap nasi. Demi kehidupan diri sendiri, atau pun sanak kadang yang dengan cemas menunggu di rumah.

Abantal omba', berarti seorang nelayan yang dalam kesehariannya selalu menantang gelombang. Sebesar apa pun gelombang yang ada, mereka terus menerjang, mencari ikan dengan pukat keteguhan dan kegigihan. Tidak kenal lelah, dan tak kan pernah menyerah.

Asapo' angin, artinya para nelayan sudah akrab dengan badai. Angin yang sering kali menyebabkan kapal terombang, perahu tenggelam. Bahkan jauh lebih dahsyat dari yang kita perkirakan.

ALAKO BERRA' APELLO KONENG
Kalimat indah ini mengingatkan saya pada lirik lagu 'Ka' Sandurinnang'. Salah satu baitnya yang masih saya ingat adalah:

"Ka' Sandurinnang, cungrojung morot bako, e e e.... Ollena alako berra' apello koneng".

KH. Zawawi dalam penjelasannya masih menautkan kerja keras untuk hal-hal yang positif. Hingga Beliau menjelaskan sebuah hadits yang berhubungan dengan hal kerja keras.

"Bekerjalah Engkau untuk duniamu, seolah-olah akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu, seakan Engkau akan mati besok".

ABANTAL SYAHADAT ASAPO' IMAN
Namun, hal yang tidak kalah pentingnya dari semua di atas, adalah ketakwaan dan keimanan. Dalam hal ini, KH. Zawawi menyebutkan dengan bahasa 'abantal syahadat asapo' iman. Hal ini dimaksudkan bahwa apa pun kerja kita, profesi yang beragam macam, jangan sampai melalaikan Tuhan. Karena, sepanjang kehidupan kita, muara akhirnya adalah Tuhan. Berjumpa dalam dengan-Nya dalam purna ketakwaan dan kesempurnaan iman.

Maka, bukan semata-mata abantal omba' asapo' angin, atau bekerja dan berbuat dengan segenap usaha maksimal. Tetapi, di balik itu semua komunikasi dengan Tuhan (menurut KH. Zawawi) dengan cara berjumpa dengan-Nya, melalui shalat lima waktu.

Pada dasarnya, Tuhan adalah Zat yang mudah ditemui. Dengan sholat, yang hanya disyaratkan suci dari hadats, siapa pun dapat menjumpai-Nya. Dalam hal ini, D. Zawawi menceritakan pengalaman pribadinya, ketika diundang ke istana negara. Hampir-hampir urung datang hanya karena tidak punya jas. Cerita jas D. Zawawi ini juga memberikan kesan tersendiri. Bagaimana kisahnya?

HATI SUCI TAK PUNYA WAKTU UNTUK MEMBENCI
Satu lagi kalimat indah yang dapat saya tangkap pada perayaan maulid kali ini. Yaitu, hati yang suci (soklah) tidak ada waktu untuk membenci. Karena hati yang bersih melahirkan energi positif. Energi inilah yang akan membawa rasa ikhlas pada setiap lakon diri.

Menerima dengan rasa tabah pada setiap takdir. Mendekorasi diri dengan kaidah sabar, tawakkal yang penuh ikhtiar. Maka, energi positif tidak lebur oleh lelaku riak, sombong, dan warna negatif lainnya. Insya Allah, Allahumma sholli 'ala Muhammad!

Sumenep, 26 Januari 2015

No comments:

Post a Comment