Get Stories: http://mawarberduri99.blogspot.com

Saturday, April 4, 2015

SESOBEK SURAT KECIL BUAT BAPAK JOKOWI-JK

SESOBEK SURAT KECIL BUAT BAPAK JOKOWI-JK

Tidak pernah terbayangkan dalam benak saya, jika pada akhirnya, Jokowi-JK yang aku pilih, bertekuk lutut pada partai. Jargon yang dia ungkapkan semasa kampanye, hanya sebatas retorik licik berakar politik. Maka, kekecewaan saya pun berlarut, berurat, dan berakar.

Semula, saya banyak berharap dari Pak Jokowi. Kesederhanaannya, membangkitkan asa yang begitu besar. Ditambah lagi dengan 'blusukannya' mengingatkan saya pada Sahabat Umar bin Khattab.

"Inilah presiden yang saya banggakan!"

Begitu kira-kira pikiran saya berharap. Berharap agar rakyat lebih sejahtera. Berharap agar BBM tidak naik, dan tidak naik lagi. Berharap agar bahan-bahan pokok tidak mencekik. Berharap agar korupsi tidak semakin menjadi-jadi. Berharap agar tidak ada kriminalisasi. Berharap agar hukum dan keadilan semakin mumpuni. Dan masih banyak lagi, harapan-haran yang lainnya.

Ahh,,, Ternyata harapan itu sia-sia. Berharap hujan di musim kemarau, berharap mimpi di saat terjaga. Saya semakin apatis terhadap pemerintahan ini, meski tidak sampai pada tingkat nadir. Karena saya masih ingin ada perubahan. Ada kebijakan-kebijakan yang memihak kepada rakyat kecil. Saya pun tidak pernah berhenti berharap, doa yang selalu saya panjatkan. Semoga masih ada oase di padang gersang. Masih berharap embun di puncak kemarau.


Tentu, sesiapa pun presidennya tidak dapat dipastikan terjadi perubahan. Perubahan ke arah yang positif tentunya. Karena presiden kita saat ini, dibayang-bayangi oleh situasi sekitar. Politik terkadang membawa dampak yang absurd. Keinginan pribadi terkebiri oleh kemauan partai yang mengusungnya. Tapi, haruskah kepentingan rakyat ter-marjinal-kan?

Kecewa? Tentu! Karena presiden yang saya gadang-gadang, yang saya sanjung-sanjung, tidak sebagaimana yang saya harapkan. Jokowi-JK tidak seperti yang saya bayangkan. Bukan orang tua yang sayang akan anaknya (baca: rakyat kecil). Bukan sahabat yang akan menolong sahabat lainnya yang 'kelaparan.' Tetapi, mereka berada di balik bayang-bayang partai, penentu kebijakan yang meng-atasnama-kan golongan. Bolehlah saya uangkap sebagai 'boneka', atau sapi perah yang diambil manfaatnya, kemudian digiring ke tempat 'jagal.'

Adakah saya terlalu emosional dalam perkara ini? Bisa mungkin, pun bisa tidak. Apapun alasannya, saya telah memilih. Maka pilihan saya harus saya pertanggungjawabkan. Dengan cara apa? Tentu dengan cara mengingatkan. Meski hanya sebatas Sesobek Surat Lusuh ini, harapan untuk kembali pada jalan kebenaran harus tetap diupayakan.
Saya tidak berharap suksesi di tengah jalan. Karena akan begitu banyak makan korban. Ya, yang terkorbankan adalah rakyat kecil. Rakyat yang tidak tahu menahu tentang politik. Tidak paham dengan kebijakan pejabat. Tidak mengerti dengan kesenjangan-kesenjangan sosial. Mereka terkorbankan oleh kepentingan kelompok, golongan, dan kemauan partai.

Saya juga tidak suka dengan demonstrasi. Apa lagi demo yang dimotori oleh sebungkus nasi. Demonstrasi model ini hanya akan mengganggu stabilitas. Waktu yang terkorbankan. Bulum lagi bentrok fisik yang mengakibatkan lecet, luka, patah, bahkan yang terparah bisa kehilangan nyawa.

Bagi saya, kebijakan yang berpihak pada grassroot, rakyat kelas bawah sudah sangat bagus. Karena dengan kebijakan dan kebijaksanaan ini, rakyat akan merasakan dampaknya. Masyarakat menjadi damai, makmur. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD '45.

Lalu, mengapa BBM selalu naik? Dampaknya, kebutuhan bahan makanan pokok pun mencekik rakyat. Mengapa rupiah semakin terperosok ke jurang, ngarai yang paling dalam? Mengapa pula LPJ juga terus merangkak, mendaki? Mengapa kriminalisasi tidak kunjung usai? Mengapa pengadilan berpihak pada 'orang-orang besar?' Mengapa? Mengapa? Mengapa?

Terakhir, apa kabar revolusi mental? Apa kabar hukuman mati untuk kasus narkoba? Apa kabar KPK? Apa kabar POLRI? Dimana dan kemana kebijakanmu 'Jokowi-JK' yang dulu dikampanyekan?

Ahh, rasanya hilang sudah asa di hati saya. Andai saja krisis multi level ini tidak berkesudahan, maka mati berkalang tanah akan jauh lebih menenangkan. Tapi, aku masih percaya Tuhan.


"Janganlah Engkau berputus asa atas Rahmat Allah. Karena sesungguhnya tidak akan berputus asa atas Rahmat Allah, kecuali orang-orang yang kafir." (Alquran)

Jadi, Sobekan Surat Kecil ini tetap disudahi dengan harapan. Harapan perubahan kebijakan yang berpihak kepada rakyat kecil. Karena, merekalah yang pertama kali akan menjerit, melengking hingga menembus langit ketujuh, andai saja kebijakan itu tidak berpihak kepada mereka.

"Wahai Surat Kecil, terbanglah ke angkasa meski tidak ada yang sudi membaca. Karena, angin, bintang, awan, langit, mentari, pelangi, dan sebagainya, yang akan membacakannya untuk para pemangku kebijakan. Terbanglah, bersama asa yang terus berkobar!"

Sumenep, 03/04/2015

No comments:

Post a Comment