Sunday, October 14, 2012
Saturday, October 6, 2012
Saturday, September 29, 2012
Wednesday, July 18, 2012
ISTERI MU`ADZ RA
Dalam sebuah kisah diceritakana bahwa isteri Mu`adz Ra
memberikan sebuah apel yang telah digigitnya terlebih dahulu kepada pembantunya
yang laki-laki. Isteri Mu`adz tidak sampai berpikir yang bukan-bukan dengan
perbuatannya itu. Sehingga apa yang ia berikan merupakan perbuatan yang
biasa-biasa saja, apa lagi si pembantu laki-lakinya itu sudah lama bekerja
padanya.
Namun tidak demikian dengan Mu`adz. Ia tidak membenarkan
perbuatan isterinya tersebut karena menurut analisis Mu`adz RA akan terjadi
suatu pemikiran yang tidak-tidak terhadap pembantu laki-lakinya itu. Seperti
bisa saja ia berpikir dan membayangkan mulut dan bibir istrinya. Di samping
sang isteri yang masih belia dan bisa dikatan cantik, maka hal itu tidak
dibenarkan oleh Mu`adz kareana kurang baik memberikan sesuatu yang telah
digigitnya lebih dahulu. Kalau memang harus dibelah dua, maka sebaiknya gunakan
pisau atau benda lainnya. Demikian Mu`adz menjelaskan kepada isterinya. Dan isteri yang setia dan patuh kepada
suaminya berjanji tidak akan berbuat yang demikian terhadap pembantunya atau siapa saja.
Secara sosial memberikan buah yang telah digigit
terhadap siapa saja kurang baik dan kurang menghargai. Oleh karena itu
perbuatan seperti itu sebaiknya dihindari, kalau tidak bisa dibilang harus
dilarang.
Logikanya, bila seseorang memberikan sisa makanan yang
secara fisik dapat dipahami adanya bekas sentuhan mulut, dan atau sentuhan
tangan yang kurang hormat, seperti bekas jari yang nampak jelas pada suatu
makanan, maka hal yang seperti itu kurang baik. Dan seharusnya dihindari untuk
memberikan kesan yang hormat dalam memberikan sesuatu.
Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama
Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap
Agama
HARUN YAHYA
Di jaman ini, sejumlah
kalangan berpandangan bahwa teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin
tidaklah bertentangan dengan agama. Ada juga yang sebenarnya tidak meyakini
teori evolusi tersebut akan tetapi masih juga ikut andil dalam mengajarkan dan
menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan terjadi seandainya mereka benar-benar memahami
teori tersebut. Ini adalah akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama
Darwinisme, termasuk pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang
diindoktrinasikan kepada masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman
akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat
yang sama berpandangan bahwa "Allah menciptakan beragam makhluk hidup
melalui proses evolusi," hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori
tersebut. Tulisan ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi
salah dalam memahami teori evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan
ilmiah dan logis yang penting yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak
sesuai dengan Islam dan fakta adanya penciptaan.
Dogma dasar Darwinisme
menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara
spontan sebagai akibat peristiwa kebetulan. Pandangan ini sama sekali
bertentangan dengan keyakinan terhadap adanya penciptaan alam oleh Allah.
Kesalahan terbesar dari
mereka yang meyakini bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan fakta
penciptaan adalah anggapan bahwa teori evolusi adalah sekedar pernyataan bahwa
makhluk hidup muncul menjadi ada melalui proses evolusi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain. Oleh karenanya, mereka mengatakan: "Bukankah tidak ada
salahnya jika Allah menciptakan semua makhluk hidup melalui proses evolusi dari
bentuk yang satu ke bentuk yang lain; apa salahnya menolak hal ini?" Akan
tetapi, sebenarnya terdapat hal yang sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan
mendasar antara para pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan
(=kreasionis) bukanlah terletak pada pertanyaan apakah "makhluk hidup
muncul masing-masing secara terpisah atau melalui proses evolusi dari bentuk
satu ke bentuk yang lain. Pertanyaan yang pokok adalah "apakah makhluk
hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan akibat rentetan
peristiwa alam, atau apakah makhluk hidup tersebut diciptakan secara
sengaja?"
Teori evolusi, sebagaimana
yang diketahui, mengklaim bahwa senyawa-senyawa kimia inorganik dengan
sendirinya datang bersama-sama pada suatu tempat dan waktu secara kebetulan dan
sebagai akibat dari fenomena alam yang terjadi secara acak. Mula-mula
senyawa-senyawa ini membentuk molekul pembentuk kehidupan, seterusnya terjadi
rentetan peristiwa yang pada akhirnya membentuk kehidupan. Oleh sebab itu, pada
intinya anggapan ini menerima waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan
sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Orang biasa yang sempat membaca dan
mengerti literatur teori evolusi, paham bahwa inilah yang menjadi dasar klaim
kaum evolusionis. Tidak mengherankan jika Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan
evolusionis, mengakui evolusi sebagai teori yang tidak masuk akal. Dia
mengatakan apa arti dari konsep "kebetulan" bagi para evolusionis:
"…'[Konsep]
kebetulan' seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang sangat dipercayai] di
bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini secara diam-diam telah
disembah."
(Pierre Paul Grassé,
Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107)
Akan tetapi pernyataan
bahwa kehidupan adalah produk samping yang terjadi secara kebetulan dari
senyawa yang terbentuk melalui proses yang melibatkan waktu, materi dan
peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak dapat
diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya
Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah sepatutnya merasa bertanggung
jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari kepercayaan yang salah dan
menyesatkan ini; serta mengingatkan akan bahayanya.
Pernyataan tentang
"adanya kebetulan" yang dikemukakan teori evolusi dibantah oleh ilmu
pengetahuan.
Fakta lain yang patut
mendapat perhatian khusus dalam hal ini adalah bahwa berbagai penemuan ilmiah
ternyata malah sama sekali bertentangan dengan klaim-klaim kaum evolusionis
yang mengatakan bahwa "kehidupan muncul sebagai akibat dari serentetan
peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah." Ini dikarenakan dalam kehidupan
terdapat banyak sekali contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan
bentuk yang sangat rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk
hidup memiliki rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan
konsep "kebetulan."
Perancangan dan
perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini sudah pasti merupakan
tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak tertandingi, serta ilmu dan
kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga.
Usaha para evolusionis
untuk menjelaskan asal-usul kehidupan dengan menggunakan konsep kebetulan telah
dibantah oleh ilmu pengetahuan abad 20. Bahkan kini, di abad 21, mereka telah
mengalami kekalahan telak. (Silahkan baca buku Blunders of Evolutionists, karya
Harun Yahya, terbitan Vural Publishing). Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja
menolak adanya penciptaan oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah
adanya keyakinan buta terhadap atheisme.
Allah tidak menciptakan
makhluk hidup melalui proses evolusi
Oleh karena fakta yang
menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan yang disengaja pada kehidupan
adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih tersisa adalah "melalui
proses yang bagaimanakah makhluk hidup diciptakan." Di sinilah letak
kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan sejumlah kaum mukmin. Logika keliru
yang mengatakan bahwa "Makhluk hidup mungkin saja diciptakan melalui
proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk lain" sebenarnya masih berkaitan
dengan bagaimana proses terjadinya penciptaan makhluk hidup berlangsung.
Sungguh, jika Allah menghendaki,
Dia bisa saja menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi yang berawal
dari sebuah ketiadaan sebagaimana pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu
pengetahuan telah membuktikan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain, kita bisa mengatakan bahwa, "Allah menciptakan
kehidupan melalui proses evolusi." Misalnya, jika terdapat bukti bahwa
reptil berevolusi menjadi burung, maka dapat kita katakan,"Allah merubah
reptil menjadi burung dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!". Sehingga
pada akhirnya kedua makhluk hidup ini masing-masing memililiki tubuh yang
dipenuhi oleh contoh-contoh rancangan yang sempurna yang tidak dapat dijelaskan
dengan konsep kebetulan. Perubahan rancangan ini dari satu bentuk ke bentuk
yang lain - jika hal ini memang benar-benar terjadi - akan sudah barang tentu
bukti lain yang menunjukkan penciptaan.
Akan tetapi, yang terjadi
ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti ilmiah (terutama catatan fosil dan
anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal yang sebaliknya: tidak dijumpai
satu pun bukti di bumi yang menunjukkan proses evolusi pernah terjadi. Catatan
fosil dengan jelas menunjukkan bahwa spesies makhluk hidup yang berbeda tidak
muncul di muka bumi dengan cara saling berevolusi dari satu spesies ke spesies
yang lain. Tidak ada perubahan bentuk sedikit demi sedikit dari makhluk hidup
yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya,
spesies makhluk hidup yang berbeda satu sama lain muncul secara serentak dan
tiba-tiba dalam bentuknya yang telah sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang
yang mirip dengan bentuk-bentuk mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari
reptil, dan ikan tidak berevolusi menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum makhluk
hidup diciptakan masing-masing secara terpisah dengan ciri-cirinya yang khas.
Bahkan para evolusionis yang paling terkemuka sekalipun telah terpaksa menerima
kenyataan tersebut dan mengakui bahwa hal ini membuktikan adanya fakta
penciptaan. Misalnya, seorang ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis,
Mark Czarnecki mengaku sebagaimana berikut:
"Masalah utama yang
menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah catatan fosil; yakni
sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan dalam lapisan-lapisan
geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah menunjukkan bukti-bukti adanya
bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan Darwin - sebaliknya spesies
[makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah
memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang mendukung penciptaan] yang
mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan (Mark Czarnecki, "The
Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 January 1981, p. 56)
Khususnya selama lima
puluh tahun terakhir, perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti
palaentologi, mikrobiologi, genetika dan anatomi perbandingan, dan berbagai
penemuan menunjukkan bahwa teori evolusi tidak lah benar. Sebaliknya makhluk
hidup muncul di muka bumi secara tiba-tiba dalam bentuknya yang telah beraneka
ragam dan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa
Allah menggunakan proses evolusi dalam penciptaan. Allah telah menciptakan
setiap makhluk hidup masing-masing secara khusus dan terpisah, dan pada saat
yang sama, dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!" Dan ini adalah sebuah
fakta yang nyata dan pasti.
Kesimpulan
Sungguh sangat penting
bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa waspada dan berhati-hati
terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah dan din-Nya. Selama
150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil serta landasan
berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan tragedi bagi
kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta melegitimasi
berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka yang mengadopsi
berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya kenyataan dan tujuan
yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi setiap orang yang
mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam membuktikan kebohongan
setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan Allah dengan perjuangan
pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat
dari bahayanya.
Referensi:
1. Pierre Paul Grassé,
Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107
2. Harun Yahya, Blunders
of Evolutionists, Turkey, Vural Publishing
3. Mark Czarnecki,
"The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 January 1981,
p. 56
© 2005 Harun Yahya
International. Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan
disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com
Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama
Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap
Agama
HARUN YAHYA
Di jaman ini, sejumlah
kalangan berpandangan bahwa teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin
tidaklah bertentangan dengan agama. Ada juga yang sebenarnya tidak meyakini
teori evolusi tersebut akan tetapi masih juga ikut andil dalam mengajarkan dan
menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan terjadi seandainya mereka benar-benar memahami
teori tersebut. Ini adalah akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama
Darwinisme, termasuk pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang
diindoktrinasikan kepada masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman
akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat
yang sama berpandangan bahwa "Allah menciptakan beragam makhluk hidup
melalui proses evolusi," hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori
tersebut. Tulisan ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi
salah dalam memahami teori evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan
ilmiah dan logis yang penting yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak
sesuai dengan Islam dan fakta adanya penciptaan.
Dogma dasar Darwinisme
menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara
spontan sebagai akibat peristiwa kebetulan. Pandangan ini sama sekali
bertentangan dengan keyakinan terhadap adanya penciptaan alam oleh Allah.
Kesalahan terbesar dari
mereka yang meyakini bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan fakta
penciptaan adalah anggapan bahwa teori evolusi adalah sekedar pernyataan bahwa
makhluk hidup muncul menjadi ada melalui proses evolusi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain. Oleh karenanya, mereka mengatakan: "Bukankah tidak ada
salahnya jika Allah menciptakan semua makhluk hidup melalui proses evolusi dari
bentuk yang satu ke bentuk yang lain; apa salahnya menolak hal ini?" Akan
tetapi, sebenarnya terdapat hal yang sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan
mendasar antara para pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan
(=kreasionis) bukanlah terletak pada pertanyaan apakah "makhluk hidup
muncul masing-masing secara terpisah atau melalui proses evolusi dari bentuk
satu ke bentuk yang lain. Pertanyaan yang pokok adalah "apakah makhluk
hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan akibat rentetan
peristiwa alam, atau apakah makhluk hidup tersebut diciptakan secara
sengaja?"
Teori evolusi, sebagaimana
yang diketahui, mengklaim bahwa senyawa-senyawa kimia inorganik dengan
sendirinya datang bersama-sama pada suatu tempat dan waktu secara kebetulan dan
sebagai akibat dari fenomena alam yang terjadi secara acak. Mula-mula
senyawa-senyawa ini membentuk molekul pembentuk kehidupan, seterusnya terjadi
rentetan peristiwa yang pada akhirnya membentuk kehidupan. Oleh sebab itu, pada
intinya anggapan ini menerima waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan
sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Orang biasa yang sempat membaca dan
mengerti literatur teori evolusi, paham bahwa inilah yang menjadi dasar klaim
kaum evolusionis. Tidak mengherankan jika Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan
evolusionis, mengakui evolusi sebagai teori yang tidak masuk akal. Dia
mengatakan apa arti dari konsep "kebetulan" bagi para evolusionis:
"…'[Konsep]
kebetulan' seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang sangat dipercayai] di
bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini secara diam-diam telah
disembah."
(Pierre Paul Grassé,
Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107)
Akan tetapi pernyataan
bahwa kehidupan adalah produk samping yang terjadi secara kebetulan dari
senyawa yang terbentuk melalui proses yang melibatkan waktu, materi dan
peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak dapat
diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya
Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah sepatutnya merasa bertanggung
jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari kepercayaan yang salah dan
menyesatkan ini; serta mengingatkan akan bahayanya.
Pernyataan tentang
"adanya kebetulan" yang dikemukakan teori evolusi dibantah oleh ilmu
pengetahuan.
Fakta lain yang patut
mendapat perhatian khusus dalam hal ini adalah bahwa berbagai penemuan ilmiah
ternyata malah sama sekali bertentangan dengan klaim-klaim kaum evolusionis
yang mengatakan bahwa "kehidupan muncul sebagai akibat dari serentetan
peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah." Ini dikarenakan dalam kehidupan
terdapat banyak sekali contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan
bentuk yang sangat rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk
hidup memiliki rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan
konsep "kebetulan."
Perancangan dan
perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini sudah pasti merupakan
tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak tertandingi, serta ilmu dan
kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga.
Usaha para evolusionis
untuk menjelaskan asal-usul kehidupan dengan menggunakan konsep kebetulan telah
dibantah oleh ilmu pengetahuan abad 20. Bahkan kini, di abad 21, mereka telah
mengalami kekalahan telak. (Silahkan baca buku Blunders of Evolutionists, karya
Harun Yahya, terbitan Vural Publishing). Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja
menolak adanya penciptaan oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah
adanya keyakinan buta terhadap atheisme.
Allah tidak menciptakan
makhluk hidup melalui proses evolusi
Oleh karena fakta yang
menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan yang disengaja pada kehidupan
adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih tersisa adalah "melalui
proses yang bagaimanakah makhluk hidup diciptakan." Di sinilah letak
kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan sejumlah kaum mukmin. Logika keliru
yang mengatakan bahwa "Makhluk hidup mungkin saja diciptakan melalui
proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk lain" sebenarnya masih berkaitan
dengan bagaimana proses terjadinya penciptaan makhluk hidup berlangsung.
Sungguh, jika Allah menghendaki,
Dia bisa saja menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi yang berawal
dari sebuah ketiadaan sebagaimana pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu
pengetahuan telah membuktikan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain, kita bisa mengatakan bahwa, "Allah menciptakan
kehidupan melalui proses evolusi." Misalnya, jika terdapat bukti bahwa
reptil berevolusi menjadi burung, maka dapat kita katakan,"Allah merubah
reptil menjadi burung dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!". Sehingga
pada akhirnya kedua makhluk hidup ini masing-masing memililiki tubuh yang
dipenuhi oleh contoh-contoh rancangan yang sempurna yang tidak dapat dijelaskan
dengan konsep kebetulan. Perubahan rancangan ini dari satu bentuk ke bentuk
yang lain - jika hal ini memang benar-benar terjadi - akan sudah barang tentu
bukti lain yang menunjukkan penciptaan.
Akan tetapi, yang terjadi
ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti ilmiah (terutama catatan fosil dan
anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal yang sebaliknya: tidak dijumpai
satu pun bukti di bumi yang menunjukkan proses evolusi pernah terjadi. Catatan
fosil dengan jelas menunjukkan bahwa spesies makhluk hidup yang berbeda tidak
muncul di muka bumi dengan cara saling berevolusi dari satu spesies ke spesies
yang lain. Tidak ada perubahan bentuk sedikit demi sedikit dari makhluk hidup
yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya,
spesies makhluk hidup yang berbeda satu sama lain muncul secara serentak dan
tiba-tiba dalam bentuknya yang telah sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang
yang mirip dengan bentuk-bentuk mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari
reptil, dan ikan tidak berevolusi menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum makhluk
hidup diciptakan masing-masing secara terpisah dengan ciri-cirinya yang khas.
Bahkan para evolusionis yang paling terkemuka sekalipun telah terpaksa menerima
kenyataan tersebut dan mengakui bahwa hal ini membuktikan adanya fakta
penciptaan. Misalnya, seorang ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis,
Mark Czarnecki mengaku sebagaimana berikut:
"Masalah utama yang
menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah catatan fosil; yakni
sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan dalam lapisan-lapisan
geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah menunjukkan bukti-bukti adanya
bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan Darwin - sebaliknya spesies
[makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah
memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang mendukung penciptaan] yang
mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan (Mark Czarnecki, "The
Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 January 1981, p. 56)
Khususnya selama lima
puluh tahun terakhir, perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti
palaentologi, mikrobiologi, genetika dan anatomi perbandingan, dan berbagai
penemuan menunjukkan bahwa teori evolusi tidak lah benar. Sebaliknya makhluk
hidup muncul di muka bumi secara tiba-tiba dalam bentuknya yang telah beraneka
ragam dan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa
Allah menggunakan proses evolusi dalam penciptaan. Allah telah menciptakan
setiap makhluk hidup masing-masing secara khusus dan terpisah, dan pada saat
yang sama, dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!" Dan ini adalah sebuah
fakta yang nyata dan pasti.
Kesimpulan
Sungguh sangat penting
bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa waspada dan berhati-hati
terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah dan din-Nya. Selama
150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil serta landasan
berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan tragedi bagi
kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta melegitimasi
berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka yang mengadopsi
berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya kenyataan dan tujuan
yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi setiap orang yang
mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam membuktikan kebohongan
setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan Allah dengan perjuangan
pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat
dari bahayanya.
Referensi:
1. Pierre Paul Grassé,
Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107
2. Harun Yahya, Blunders
of Evolutionists, Turkey, Vural Publishing
3. Mark Czarnecki,
"The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 January 1981,
p. 56
© 2005 Harun Yahya
International. Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan
disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com
Subscribe to:
Posts (Atom)