Immers, I miss you!
Direktur (mantan) dengan Kelas Imersi angkatan 2 |
Ternyata,
kelas Imersi (unggulan) menyisakan kenangan tersendiri dalam benak dan
pikiran saya. Beberapa waktu yang lalu, sekitar 6 bulan dari sekarang,
saya masih disibukkan dengan klas unggulan, kelas imersi, di SMP Negeri 1
Masalembu. Kelas ini telah banyak memberikan kenangan. Memoria yang
tidak bisa begitu saja saya lupakan. Sungguh, saya mencintainya, dan
saya merindukannya.
Kelas
ini telah meruntuhkan seluruh persendian cinta saya. Luruh di beranda
rindu yang teramat dalam. Masih jelas terngiang di pendengaran saya,
celoteh ‘cas-cis-cus’, anak-anak kami di taman sekolah. Berbahasa
Inggris, berkomunikasi aktif sebagai bentuk realisasi dari teori bahasa
yang mereka pelajari. Canda mereka, tawa mereka. Serta senyum tulus
dari anak-anak saya yang begitu alami. Di antara suasana ‘nginggris’
yang begitu kental. Tetapi, itu semua tinggal kenangan. Lesap, terhapus
oleh egoisme personal, atau tergenjet oleh lakon peraturan yang
nyata-nyata tidak teratur.
Kelas Bahasa Inggris |
Foto bersama setelah sesi class practice |
Biasanya,
pagi-pagi sekali sebelum masuk kelas, kelas Imersi melaksanakan shalat
Dhuha. Shalat sunah ini dibiasakan sebagai model pencerahan Ilahiyah,
terhadap anak didik yang telah berusaha untuk berbuat yang lebih baik.
Sebagai model sekaligus modal untuk senantiasa dekat dengan sang Khalik.
Juga, sebagai sumbangsih spiritualisme terhadap kedua orang tua yang
mencari rizki untuk kelangsungan pendidikan mereka, kehidupan mereka di
masa yang akan datang. Bahkan, shalat Dzuhur berjamaah pun dilakukan di
mushalla SMPN 1 Masalembu. Sehingga, kondisi ruang ibadah ini terjaga,
bersih (karena dibentuk piket kebersihan), dan penuh dengan nuansa
religi.
Di RRI utusan kelas imersi untuk Smart Contest (Novi, Liza, dan Ida) |
Lebih
dari itu, Bapak Hubaidi, S. Pd. MM, direktur Kelas Imersi selalu
memantau anak-anak ‘khusus’ ini untuk selalu qiyamul lail. Berjaga di
seperempat malam. Dengan SMS yang tentu saja memberikan nilai lebih
untuk sebuah dasar pemaknaan akan kehidupan bergama. Bentuk perhatian
yang sangat toleran ini, memberikan bekas yang begitu mendalam di hati
masing-masing siswa. Dan mereka, dengan suka rela melaksanakan realitas
makna ayat: Waminallaili fatahajjad bihi nafilatan lak. ‘Asa an yab’atsaka Rabbuka maqaman mahmuda. (Dan
sebagian malam maka hendaknya kamu melaksanakan shalat tahajjud. Semoga
Tuhanmu akan mengangkat derajatmu ke tingkat yang lebih tinggi).
Al-quran.
Tetapi,
saat ini, mushalla itu lengang. Kotor, dan serasa tidak terurus.
Menangis di antara keliaran anak-anak yang hanya lewat di sampingnya.
Entahlah! Mungkin tidak harus disamakan dengan kandang kambing. Karena,
sewaktu-waktu, mushalla ini masih bisa digunakan untuk sesuatu yang
berkenaan dengan hari-hari besar Agama.
Tentu,
yang paling diuntungkan adalah Imersi angkatan pertama. Karena mereka,
selama 3 tahun di SMP, mengikuti secara tuntas program Imersi. Mereka
kini telah pergi. Pergi untuk menggapai cita-cinta yang mereka inginkan.
Mereka tersebar di seantero ujung alam. Menekuri beragam kegiatan, yang
tentu saja masih terus bergelut dengan dunia pendidikan.
Ah, sungguh! Saya rindu dengan celoteh mereka. Saya rindu dengan cuap-cuap
Bahasa Inggrisnya. Saya rindu dengan shalat jamaahnya. Dalam irama
kebersamaan, mereka khusyuk, bersujud kepada Yang Maha Esa. Menyatukan
pola pikir dan dzikir. Sebuah pemaknaan hidup yangh tidak semata-mata
mengedepankan logika. Tetapi, makan ritualitas yang diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
“Anakku!
Rindu Bapak kepadamu, adalah rindu yang terus menggebu. Menghantam
dinding hati yang kemaruk dengan celoteh ‘nakal’ pikir dan dzikirmu!”
Kelas
Imersi kini tinggal kenangan. Sudah habis, lenyap. Tersebab oleh
peraturan (yang mungkin sangat tidak teratur?). Padahal, Imersi ada
tidak diikat oleh sebuah aturan yang absolut. Tetapi, terlahir dari
sebuah pemikiran untuk menjaring siswa-siswi yang berkompeten di dalam
sebuah pendidikan plus. Nyatanya, di akhir babak lakon drama kehidupan
Imersi, sungguh, tragis, dan miris. Subhanallah!
Bagaimana
pun, telah diupaya-dayakan sebuah keinginan untuk melahirkan generasi
‘kuat, gawat’. Jika pada akhirnya terbersit nilai-nilai ‘negatif’, itu
bagian dari skenario alam, yang seharusnya tetap diupaya-dayakan, dan
dieksiskan untuk menggapai nilai yang lebih baik.
Akhirnya,
saya mngucapkan selamat jalan kepada semua siswa-siswi kelas Imersi
angkatan pertama. Di pundak kalian generasi gemilang selalu menanti.
Bapak hanya bisa berharap, semoga kalian semua, dapat mencapai apa yang
kalian harapkan. Jangan lupa, doakan Bapak dalam setiap sujud malammu!
Dan,
kepada generasi Imersi angkatan berikutnya, maafkan Bapak! Bapak tidak
bermaksud untuk mengkebiri dalam marjinalitas pendidikan kalian. Namun,
jalan takdir telah menggariskan titian kehidupan pendidikan yang kita
hadapi. Semoga kamu sekalian tidak tergerus oleh zaman kealpaan dan
kepalsuan. Bapak titipkan, generasi pendidikan yang kian berkibar di
seantero negeri! Sungguh! Bapak cinta kalian semua! Immers, I Love You!
Sumenep, 10 Maret 2014
Nama-nama siswa/siswi kelas Imersi angkatan pertama:
||ACHMAD
ROME CHOLIL||DANIEL ILAHI ROBY||EDY FAERUS||FAUZI ALI IQBAL||FEBRI
JAFRIYA FINURI||FERA MAULIDINA WIDANTI||HASNIS SIBLI||IDA KHUSMAWATI||ILHAM JAYA KUSUMA||IZZA RIZAL MAULANA||LAILATUZ ZAHROH||MIA RETNOSARI
AGUSTINA||MOHAMMAD HABIBULLA||MURNIYATI||NOVIA ALBANIA||
NURUL INAYAH|| NURUL PUJIATI ARDI||RANA MUSZAELA||REZA AR RAODATUL
YULANDA||SHONIA AGUSTINA||SITI NURHALIZA||USSISA ALATTAQWA||USWATUN
HASANAH||ZAHRATUL UMAMAH||ZIHAN YULANDIA HAND'S||
No comments:
Post a Comment