HIDUPKAN SUKSESMU VS SUKSESKAN HIDUPMU
Tanpa saya sengaja, dan inilah mungkin yang dimaksud dengan ‘luck’
dalam salah satu bahasannya BILLY BOEN, dalam bukunya “Hidupkan Suksesmu;
Rangkuman Pikiran & Nilai Untuk Suskses”.
Ketidak-sengajaan saya adalah, tiba-tiba buku motivasi ini berada di
tangan saya, dan saat ini masih dalam proses ‘baca’ saya. Saya berkunjung ke
rumah teman, dan di atas sofa teman saya, tergeletak sebuah buku yang saya
maksud. Tanpa ba-bi-bu, saya pun langsung terterik dengan judul yang
tertulis di cover buku tersebut.
Sementara saya masih terus berusaha menelaah makna dari setiap
artikel yang ada di dalamnya, saya merasa tertarik untuk kemudian menyentuh tuts
laptop, dan menuliskan sesuatu yang terlintas di benak saya. Tentu, hubungannya
dengan buku BILLY ini. Tentang sukses, tentang sesuatu yang harus dilakukan
menuju kesuksesan.
Hidupkan Suksesmu berbeda dengan Sukseskan Hidupmu. Entahlah!
Tiba-tiba saja terlintas di benak saya, frase kalimat Sukseskan Hidupmu,
setelah membaca judul buku Hidupkan Suksesmu. Menurut pemahaman saya, terdapat
perbedaan antara kedua frase di atas.
Hidupkan Suksesmu, berarti kesuksesan itu sudah ada pada diri
setiap person. Hanya bagaimana kemudian, kita dituntut untuk
menghidupkan yang awalnya ‘mati’. Atau men-survive-kan yang asalnya
suri. Pada diri tiap orang, telah disematkan benih-benih sukses, yang kemudian
hidup-matinya sukses itu tergantung kepada kerja dan karakter personal itu
sendiri. Jika dihubungkan dengan ‘kemagnetan’ (kebetulan saya guru Fisika, dan
saat ini tengah menjelaskan gejala kemagnetan kepada murid saya), maka magnet
elementer itu sudah ada pada setiap bahan/benda. Hanya saja magnet elementer
itu masih acak dan tidak dalam satu arah yang sama. Maka untuk menjadikan gaya
magnet yang berdaya guna, diperlukan tiga hal; 1) digosok dengan magnet tetap,
2) dialiri arus listrik, dan 3) dengan cara induksi. Ketiga cara tersebut dapat
diaktualisasikan sebagai bagian dari rencana manusia untuk menuju puncak
sukses. Atau dengan bahasa Mas Billy, menuju “Young On Top”.
Sukseskan Hidupmu, berarti kesusksesan itu masih belum ada. Sama
sekali, atau hanya sebagaian kecil saja. Jadi, menurut pemahaman saya,
pemilihan judul ‘Hidupkan Suksesmu’ lebih berdaya makna daripada ‘Sukseskan
Hidupmu. Tetapi, ini hanya sebatas wacana diri, yang bisa jadi dalam pemahaman
dan pemaparan yang lain bisa kurang lebih sama, atau malah lebih baik untuk
yang kedua. Gitu deh!
INDAHNYA BERBAGI
Mencermati buku Mas Billy ini, (maaf saya masih belum tuntas membaca,
saat artikel ini ditulis), terlintas
dalam pikiran saya tentang arti besar dari berbagi. Baik itu yang berupa
materi, atau hanya sebatas ikut prihatin, dan berbela sungkawa atas
permasalahan orang lain. Baik itu tentang tanah longsor, sunami, kecelakaan,
peperangan, dan lain sebagainya.
Kita tercipta sebagai makhluk sosial. Itu artinya, kita tidak bisa
hidup sendiri. Kita pasti membutuhkan pertolongan orang sekitar. Untuk
menolong, tidak harus menjadi kaya, atau tidak mesti menjadi seorang pejabat.
Pertolongan begitu mudah, semudah kita ingin dan akan menolong orang yang
membutuhkan pertolongan.
Mas Billy bukanalah seorang Muslim. Tetapi, untuk sekadar berbagi
kebahagiaan, pada saat ‘LEBARAN’, Mas Billy tidak segan-segan untuk mengucapkan
‘SELAMAT LEBARAN’ bagi yang merayakannya. Berbagi kebahagiaan tidak harus
seagama, namun senasib tercipta sebagai manusia adalah bagian terpenting untuk
saling berbagi kebahagiaan. Maaf, bagi yang tidak setuju dengan pernyataan ini,
saya tidak bermaksud untuk me-rival-kan, antara yang pro-ucapan selamat
keagamaan dengan yang kontra. Mari kita terus berbagi untuk suatu kebahagiaan,
karena hanya dengan cara berbagi, kita dibedakan antara human dan nonhuman.
Mungkin, begitu!
Saya pun Berlinangan Air Mata, salah satu artikel yang sempat
membuat hati saya terharu. Melihat dan memahami, betapa masih ada anak-anak di
sekitar kita yang membutuhkan kasih. Meski kita bisa memberi tanpa
mengasihi, tetapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi. Anak-anak yatim,
adalah mereka yang memerlukan kasih sayang kita. Memerlukan uluran lembut
tangan kita. Agar mereka tidak merasa sunyi di antara hiruk-pikuk kehidupan
dunia. Agar mereka memahami, bahwa masih ada kerabat ‘jauh’ yang peduli, dan
bersedia berbagi kebahagiaan dengan mereka. Semoga!
UNTUK SUKSES BUTUH KEMAUAN YANG KUAT
Sukses, adalah kata yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk
direalitaskan. Setuju? Bisa jadi ada yang setuju, dan yang tidak setuju juga,
mungkin, banyak. “Untuk Sukses Dibutuhkan Kemauan yang Kuat”, itu kata Mas
Billy. Kemauan yang kuat tentu harus dibarengi dengan usaha (ikhtiar) yang
maksimal. Adakah usaha yang tidak maksimal? Tentu! Kok bisa? Yeee....!
Saya seorang tenaga guru. Untuk mencapai taget pembelajaran, saya
harus punya kemauan. Kemauan saja tidak cukup, tetapi harus kemauan yang kuat,
disertai dengan ikhtiar yang maksimal. Tidak sedikit seorang guru yang punya
kemauan untuk menuntaskan pembelajaran, tetapi, karena tidak disertai dengan
kemauan yang kuat, maka goal tersebut tidak tersampaikan. Dan kesuksesan
pembelajran hanya sebuah slogan yang terus didengungkan untuk sesuatu yang
tidak tercapai.
Seorang nelayan, untuk mendapatkan ikan yang banyak (diinginkan),
maka mereka harus berjuang, bertarung , dan berkorban untuk menaklukkan
ganasnya gelombang dan badai. Dengan kemauan yang maksimal dan kegigihan yang
benar-benar gigih, maka para nelayan akan memetik hikmah dari daya upaya dan
kemauannya yang tertanam kuat di dalam dirinya. Akankah ikan yang diinginkan
akan didapat? Jawabannya, entu ‘YA’.
Semula, saya adalah seorang perokok, Mas Billy juga. Terus, dengan
sebuah tekat dan kemauan yang kuat, saya berusaha untuk berhenti dari kebiasaan
kurang baik ini. Hasilnya? Alhamdulillah, sudah sekitar lima tahunan, saya
tidak lagi menyentuh yang namanya ROKOK. Sama sekali, ya benar-benar ‘cerai’
dari yang namanya merokok.
Tentu, ada yang bertanya, “Kok bisa ya?” Jika ada kemauan, lakukan
ikhtiar maksimal, maka jalan akan terpampang. Jika ada yang mengatakan, bahwa
sudah seringkali mencoba untuk shutdown dari merokok, tapi tidak bisa
dipisahkan dari merokok, maka kemauan itu masih perlu di-review agar
menjadi sebuah will power untuk mencapai tujuan.
DITRAKTIR VS MENTRAKTIR
Satu lagi hal menarik yang sempat ‘in’ di benak saya adalah,
“Ditraktir vs Mentraktir.” Anda lebih suka ditraktir atau mentraktir? Tentu
jawabannya akan berbeda-beda. Ada yang suka ditraktir, ada juga yang suka
mentraktir. Ditraktir, tidak perlu menjadi orang yang di bawah, miskin, atau
status sosial yang lebih rendah. Ditraktir, bisa jadi atasan, orang yang lebih
kaya, atau pun status sosial yang lebih baik daripada yang mentraktir.
Padahal, saya sependapat dengan Mas Billy, bahwa mentraktir itu
bernilai ‘lebih.’ Ada ‘rasa’ yang mungkin tidak terungkapkan ke permukaan,
manakala kita menjadi ‘lebih’ daripada ‘tidak lebih’.
Apa sih, kelebihan dari mentraktir? Rasa memberi, ya memberi adalah
bagian dari kelebihan mentraktir. Di samping itu, mentraktir akan memberikan
kebahagiaan kepada orang lain. Dengan demikian, kita kembali kepada ‘ungkapan
cinta’ yang harus dirasakan olah orang lain. Ungkapkan ‘cinta’mu, dengan
sepenuh hati, ikhlas, dan tanpa pamrih. Maka, sunah alam akan memberikan ‘umpan
balik’ untuk kembali ‘the best’ kepada diri kita sendiri. Gitu deh, mungkin!
Mentraktir adalah bagian dari rasa kasih. Cinta yang akan
menghidupi suasana di sekitar kita. Biasakan mentraktir, dan jarangkan
ditraktir. Karena dengan mentraktir, kita akan menjadi orang yang memberi. Sedangkan
lebih banyak memberi, adalah salah satu bagian untuk mencapai kebahagiaan.
07/03/2015
No comments:
Post a Comment