Get Stories: http://mawarberduri99.blogspot.com

Saturday, May 9, 2015

MERASA BENAR VS MERASA SALAH

MERASA BENAR VS MERASA SALAH

Merasa benar adalah sesuatu yang sangat manusiawi. Karena kebenaran adalah mutlak, semua orang mengetahui dan memahami. Meskipun tidak semua orang memahami dan mengetahui. Memahami kebenaran adalah melakukan suatu tindakan benar, dan merasa bahwa apa yang diperbuatnya adalah suatu kebenaran. Mengetahui kebenaran adalah bertindak benar meski tidak harus paham apakah tindakannya benar atau salah. Mengetahui, lebih rendah nilainya daripada memahami.

Jika merasa benar adalah manusiawi, maka merasa selalu benar adalah karakter sombong dan arogan. Andai saja ia benar dalam rasa selalu benar, maka ia akan tetap dalam kebenaran, walaupun karakter ini tidak benar-benar 'benar.' Sebaliknya, merasa benar dalam tindakan salah, adalah arogansi personal yang akan mengakibatkan 'jelek' dalam pandangan orang lain. Biasanya, personal dengan karakter ini tidak peduli dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Kesombongan telah menutupi kebenaran yang hakiki. It's wrong!

Merasa bersalah yang berlebih juga termasuk tindakan yang kurang baik. Karena hal ini akan berakibat pada jiwa yang rendah diri, tidak percaya diri, dan bisa berakibat pada tindakan yang tidak kita inginkan. Bunuh diri misalnya. Na'udzu billahi min zdalik!

Merasa bersalah yang wajar adalah perasaan mawas diri agar tidak dicap tinggi hati, sombong, atau besar kepala. Ini bagian dari sikap tawadhu', yaitu suatu sifat yang mencerminkan sisi sikap manusia yang tidak riya' (ingin pujian dari orang lain). Sifat ini baik, dan sangat wajar jika diterapkan dalam ranah kehidupan kita. Ingat! Merasa bersalah berarti tidak harus pasif, tetapi tetap mencerminkan seseorang yang pantas untuk dipuji, meski diri tidak ingin pujian.

"Biarlah Tuhan dan saya saja yang tahu apa yang sedang saya lakukan, juga niat baik yang tertanam di hati saya!"

Begitu kira-kira sebaiknya apa yang seharusnya kita katakan. Cukuplah Tuhan sebagai saksi. Kalau dalam bahasa Hadits, kira-kira begini:

"Beramallah kalian, sebagai tangan kanan yang memberi, sementara tangan kiri tidak tahu apa yang tangan kanan perbuat."

Intinya adalah IKHLASH, karena Allah swt.

Merasa paling benar adalah karakter manusia yang paling jelek. Karena, kalau merasa paling benar, ia akan menafikan yang lain. Seolah ia mampu hidup mandiri, sendiri, tanpa bantuan orang lain. Mungkinkah? It can't be, impossible!

"Melakukan kebenaran adalah sesuatu yang benar, menghindar dari kesalahan adalah suatu keabsahan."

"Merasa paling benar adalah suatu arogansi, merasa paling bersalah bisa membahayakan jiwa."

Melakukan yang benar adalah sebuah keharusan, dan menghindari kesalahan adalah keniscayaan. Sebentuk aplikasi dari TAKWA, yaitu melaksanakan perintah Allah (karena benar), dan menjauhi larangan Allah (karena salah). Bentuk aplikasi ini akan menjadikan kita hidup dalam keadaan yang paling didamba. Kebahagiaan di dunia, pun juga kesenangan di akhirat.

"Andainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya kami berikan kepada mereka suatu 'barokah' yang datangnya dari langit dan bumi, ...." (Alquran)

Tidak sedikit orang yang melakukan kebenaran, kemudian merasa paling benar. Dan tidak sedikit orang melakukan kesalahan, kemudian masih tetap merasa benar. Attitude model ini, lambat laun akan terkubur dengan sendirinya. Karena orang-orang di sekitarnya telah memberikan label 'sombong' hingga rasa tidak suka akan menjawab segalanya. Ia akan menjadi orang ditinggal sendiri, jauh dari riuh persahabatan yang seharusnya ia rasakan. Sikap sombong telah menjadikan jiwanya 'kerdil' untuk bersikap hormat terhadap sejawatnya. Nah, rasain tuh!

"Tidak akan mendengar bau surga, seseorang yang di dalam hatinya tesimpan rasa sombong, biar hanya sebesar atom (zarroh)." (Alhadits)

So, sombong adalah sebuah kesalahan, dan rendah hati adalah sebuah kebenaran. Benar dan salah, mana yang Anda pilih? Pilihan ada pada diri Anda. Buatlah sebuah pilihan yang akan membuat Anda pantas menjadi 'pilihan.' Do it please!

St. Thomas Aquinas berkata, "Good is to be done, evil avoided, (melakukan yang benar dan menghindari yang salah)."

***

No comments:

Post a Comment